"Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka, dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi." (Al-Quran: An-Nisa [4]: 79).
Sesungguhnya pandemi Covid-19 dipastikan akan membawa berkah atau merupakan ujian bagi yang beriman dan bertaqwa, tapi akan menjadi peringatan dan cobaan (aib atau bala) bagi yang berdosa, agar segera berubah kearah yang benar dalam hidup kehidupan.
Sudah pasti wabah penyakit atau musibah lainnya sebagai bukti kasih sayang Tuhan kepada manusia, alam dan segala isinya. Berbagai cara Tuhan menyampaikan pesannya pada manusia sebagai khalifah di muka bumi. Wabah Covid-19 bukanlah aib yang perlu dihindari, tapi hadapi dan petik hikmahnya.
Ketika Tuhan memberikan manfaat (kebaikan) atau suatu mudhorot (musibah) pada seseorang atau pada sebuah kaum, tentunya hal ini mengandung hikmah yang agung di dalamnya bagi orang-orang yang berpikir.
Baca Juga: Alam Eliminasi Paripurna Kehidupan Melalui Covid-19
Untuk itu kita harus selalu berhusnuzhon (berprasangka baik) terhadap segala sesuatu yang telah Tuhan tetapkan kepada para hamba-Nya agar kita termasuk orang-orang yang beruntung.
Sesungguhnya pandemi Covid-19 yang bisa disebut musibah yang menimpa dunia, telah terdata dan disebutkan dalam pemberitaan minggu terakhir ini bahwa sekitar 213 Negara terpapar covid-19.
Penulis sangat menyakini (beberapa tulisan sudah terposting di Kompasiana), lebih merupakan cara Tuhan untuk merehabilitasi manusia yang hidup hedonis dan tidak saling peduli terhadap nilai kemanusiaan dan ketuhanan itu sendiri.
Karena dunia ini dihuni oleh sebagian besar umat beragama Islam, maka yang pasti pandemi Covid-19 pasti masih bermukim dan melewati bulan Suci Ramadhan. Karena pada bulan puasa inilah puncak ujian "restorasi" dalam beragama dan kemanusiaan atau ujian hidup kehidupan melalui Covid-19.