"Hanya manusia-manusia yang berpikir dan berakal sehat, bisa lolos dari jeratan misteri sampah"
Dalam dunia seni pertunjukan dikenal berbagai jenis panggung. Ada jenis panggung arena, panggung proscenium, panggung thrust, panggung tapak kuda, panggung segi empat, panggubg kipas, panggung auditorium dan panggung terbuka.
Begitupun dalam hidup kehidupan sama saja dengan panggung seni pertunjukan tersebut. Berada pada ruang dan waktu yang berbeda. Sama pula halnya lebih khusus pada dunia persampahan. Semua sama saja mempunyai panggung yang ber aneka ragam.
Ada yang memilih panggung dengan pandangan satu arah, separuh atau setengah lingkaran bagai seperti kipas, ada pula yang full satu lingkaran. Panggung paripurna seperti bola kaki, bulat.
Pada berbagai pandangan atau panggung tersebut, kelihatan peran para lakon pentasnya yang tidak bisa membohongi atau pemeren mencoba berbohong terhadap panggung apa tempat mereka berpijak dan panggung apa yang menjadi sandiwaranya.
Asrul "Panggungmu adalah milikmu, tapi panggungku adalah milikmu serta milik masyarakat dan bangsa Indonesia"
Dalam berbagai bidang, mungkin saja pemeran bisa menyembunyikan model panggungnya. Tapi dalam dunia persampahan, sekalipun dia pemeran utama atau ahli, panggung itu tidak bisa disamarkan. Panggung akan berbicara terhadap pemeran yang akan membohonginya.
Sampah memang benar-benar misterius. Apakah mungkin karena merupakan sebuah produk yang terakhir sebagai titipan dari Tuhan YMK untuk para hambanya yang super majemuk menuju dunia ahir ?
Teringat sepenggal kalimat dari seorang bupati di Nusa Tenggara Barat pada saya sebelum pamit beberapa hari lalu di pendoponya. Saat bertemu mengatakan bahwa "sampah merupakan sebuah urusan yang menginginkan jalan lurus"
Karena karakteristik sampah yang majemuk, maka dibutuhkan pemeran yang berlatar panggung berbeda dari sebuah arena. Tapi jangan berebut panggung, karena panggungmu sendiri yang justru akan menimpamu. Bila ingin atau bernapsu merebut panggung orang lain.