Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak merubah keadaan suatu kaum yang berada dalam kenikmatan dan kesejahteraan, sehingga mereka merubahnya sendiri. Juga tidak merubah suatu kaum yang hina dan rendah, kecuali mereka merubah keadaan mereka sendiri. Yaitu dengan menjalankan sebab-sebab yang dapat mengantarnya kepada kemulian dan kejayaan. Sebagaimana dalam firman-Nya: "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sampai kaum itu sendiri yang merubah diri-diri mereka sendiri" (QS Al-Ra'd: 11). Sepenggal ayat dalam Al-Quran ini merupakan pijakan mendasar dalam membangun peradaban umat.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Syarikat Islam, Dr.H.Hamdan Zoelva, dalam beberapa kesempatan. Menekankan bahwa Syarikat Islam harus kembali kepada khittahnya. Selain melakukan dakwah, juga harus fokus pada bidang pengembangan ekonomi, sebagaimana awal Syarikat Islam lahir yakni Syarikat Dagang Islam. Untuk membangun bangsa yang kuat, negara yang kuat maka kekuatan ekonomi rakyatnya harus kuat dan mandiri, tidak boleh terjadi ketimpangan ekonomi yang terlalu besar.
Menyikapi pandangan dan arahan Ketum DPP Syarikat Islam tersebut, kami mencoba menelaah permasalahan ekonomi Indonesia secara umum dan sekaligus memberi solusi untuk kembali membangun ekonomi keumatan melalui kepeloporan Syarikat Islam yang memiliki potensi sumber daya manusia (SDM) dengan anggota yang tersebar di seluruh Indonesia dan bahkan sampai ke manca negara.
"Umat Islam di Indonesia masih jadi kelompok terbawah dari penguasaan ekonomi. Kalau sudah menguasai ekonomi, otomatis politik akan dikuasai" Dr. Hamdan Zoelva
Berdasarkan data populasi penduduk Indonesia tahun 2016 adalah 257.912.349 jiwa. Sekitar 85% penduduk Indonesia beragama Islam. Sisanya 15% beragama Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu. Terjadi penurunan populasi umat Islam yang sebelumnya sekitar 95%. Namun demikian Indonesia masih merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.
Selain populasi menurun, juga sangat tertinggal dari percaturan politik dan ekonomi. Bila terjadi demikian, umat Islam Indonesia sebagai simbol umat Islam dunia akan seperti apa ke depan ? Tidak lain adalah umat Islam Indonesia harus bangkit dari kemerosotan ini. Islam merupakan agama yang sempurna yang ajarannya mencakup serta mengurus berbagai persoalan kehidupan manusia, baik yang dibahas secara rinci maupun secara umum.
Paling pertama yang harus dibenahi adalah sektor ekonomi, yang menjadi kunci utama berubahnya peradabatan umat Islam dan masyarakat secara umum. Dengan terbangunnya ekonomi yang baik dan berkelanjutan, secara otomatis sektor lainnya akan mengikuti dengan sendirinya. Kendala utama Indonesia saat ini adalah hampir semua kegiatan dilakukan pemerintah yang bertumpu pada masyarakat, itu tidak berkesinambungan. Hanya orientasi proyek atau orientasi APBN/D bukan orientasi program (berkelanjutan), artinya hanya menghabiskan anggaran semata. Sungguh ironis kondisi ini ditengah arus modernisasi yang sudah sangat mengglobal. Sepertinya kita kembali bodoh, namun pintar membodohi dan membohongi masyarakat.
Ajaran Islam yang diturunkan Allah Swt. kepada Rasulullah Saw. secara umum terbagi tiga ranah, yakni Akidah, Syariah dan Akhlaq yang masing-masing ranah mempunyai peranan yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Kegiatan ekonomi (mu'amalah) sebagai salah satu bentuk implementasi dari hubungan antar sesama manusia (Hablumminannas), merupakan bagian tak terpisahkan dari Akidah, Ibadah dan Akhlak. Dengan kata lain, masalah ekonomi tidak lepas sama sekali dari aspek Akidah, Ibadah, maupun Akhlak, hal ini didasarkan pada tinjauan dari perspektif Islam, dimana perilaku ekonomi harus selalu diwarnai oleh nilai-nilai Akidah, Ibadah dan Akhlak.
Pengembangan ekonomi dalam Islam mengindikasikan bahwa perhatian Islam terhadap bidang ekonomi merupakan bagian dari syariah dan yang menjadi tuntutan dalam upaya pemeliharaan sumber-sumber ekonomi dan pengembangannya, meningkatkan kemampuan produksi dengan mengembangkan sistem dan metodenya, dan hal-hal lain yang menjadi tuntutan dalam merealisasikan kesejahteraan ekonomi umat, untuk memenuhi kebutuhan yang mendasar dan memerangi kemiskinan. Mengurai kembali soal asas keadilan sosial, mengingat implementasi asas tersebut, yang menjadi pangkal dari segala masalah, salah satunya adalah masih terjadinya kesenjangan kesejahteraan yang kronis di masyarakat Indonesia. Ini merupakan pekerjaan rumah (PR) besar untuk diantisipasi bersama, bukan hanya menjadi tugas pemerintah tapi merupakan "kerja dan karya bersama" bagi segenap pemangku kepentingan (stakeholder).
Membangun ekonomi umat tidaklah sesulit yang dibayangkan bila semua potensi yang dimiliki itu diberdayakan. Misalnya selain potensi SDM yang memadai, juga potensi pesantren, masjid, langgar atau musallah. Ke depan, bukan hanya sebagai tempat ibadah ritual semata, namun harus difungsikan sebagai pusat peradaban baru ekonomi umat, termasuk pengembangan sosial kemasyarakatan, budaya dan pendidikan politik bangsa yang berkeadilan.
Ekonomi Pertanian Menjadi Fokus Utama Syarikat Islam