Lihat ke Halaman Asli

H.Asrul Hoesein

TERVERIFIKASI

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Benarkah Prabowo Menunggangi Jokowi?

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13485566711905612169

[caption id="attachment_200925" align="aligncenter" width="300" caption="Jokowi Bukan Kuda Tunggangan_dok.Asrul"][/caption]

Hampir semua pengamat dan lembaga survei di Indonesia berpendapat bahwa Prabowo Subianto (PS) menunggangi “kemenangan” atau “kepopuleran” Jokowi....?, Itu berlebihan, karena tanpa kemenangan Jokowi, PS sendiri sudah populer dan cukuplah dengan partainya sendiri (Partai Gerindra) bisa melaju menjadi Capres 2014. Tapi tidak dipungkiri pula bahwa PS senang dengan dengan kemenangan Jokowi-Ahok ini, termasuk Megawati (PDIP) pula. Karena partainya semakin berkibar. Namun perlu diingat bahwa “warga Jakarta memilih gubernurnya” bukan karena semata partai tapi lebih dari itu adalah “figur Jokowi” yang membumi (semoga penilaian ini tidak subyektif). Tapi kalaupun tidak membumi dan bersahaya seorang Jokowi, tentulah Jusuf Kalla (JK) tidak akan mungkin mengajak menjadi Cagub. DKI Jakarta melalui PDIP (kalau Ahok memang dibawa oleh PS, Ahok pengurus DPP Gerindra, yang sebelumnya adalah kader Partai Golkar yang saat ini duduk sebagai Anggota DPR-RI).

Paling heboh, PDIP sepertinya “gatal” akan prediksi para pengamat dan lembaga survey tersebut. Kenapa??? PDIP lebih awal melalui Politisi seniornya yang juga Ketua MPR RI, Taufiq Kiemas menyatakan partainya tak akan mau lagi berkoalisi dengan Partai Gerindra. Pernyataan ini disampaikan Taufiq terkait kemenangan Joko Widodo atau Jokowi yang disebutnya lebih menguntungkan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto (PS) dibandingkan Megawati Soekarnoputri (MS)

MS dan PS, menurut saya sama gembiranya (biasa saja) dengan parta-partai lain yang jagoannya menang dalam pemilukada. Bagi saya yang paling bahagia (bukan juga diuntungkan) adalah JK sendiri yang mendaulat Jokowi masuk Jakarta. Jokowi “katanya” tidak mau, karena tidak punya potongan gubernur (sadar diri..hehehe), tapi akhirnya mau juga karena dorongan JK. Maka JK yang minta izin ke Mega untuk perahu Jokowi menuju Jakarta-1. Maka peran JK untuk pilgub DKI ini sangat besar dan yang sangat diuntungkan adalah Jokowi sendiri, itulah sebabnya Jokowi cepat-cepat sungkem ke kediaman JK di Jl. Brawijaya 6, Jakarta Selatan (20 September 2012). sesaat Quit Count dari beberapa lembaga survey menunjukkan angka kemenangan bagi Jokowi. (apa pembicaraan JK dan Jokowi???, hanya mereka berdua dan Allah Swt yang mengetahuinya, mereka bicara empat mata).

Memang diakui bahwa, dalam konteks “menguntungkan” atas kemenangan Jokowi-Ahok disini adalah momentum pilpres 2014 yad. Tapi kembali lagi, bahwa terpilihnya Jokowi menjadi gubernur DKI. Jakarta, setidaknya secara pribadi “karir Jokowi” yang diuntungkan, karena Jokowi-Ahok bisa masuk hitungan dalam kancah perpolitikan di Indonesia, setidaknya menghadapi pilpres 2014 dan Ahok bisa meneruskan atau menjabat sebagai gubernur DKI.Jakarta (menghabiskan masa waktu Jokowi), itupun bila Jokowi masuk bursa pilpres 2014, paling tidak bursa wakil presiden.

Khusus untuk keuntungan bagi JK atas kemenangan Jokowi pada pilpres 2014 yad (JK menginginkan Jokowi karena JK sendiri yang menginginkan Jakarta berubah), sangat jauh pangang dari api, semoga saya tidak terlalu cepat berasumsi. Kenapa??? Sekiranya JK maju menjadi capres 2014, itupun “mungkin” bukan melalui PDIP ataupun Gerindra , kemungkinan besar JK akan kembali ke partai habitat orang tuanya (H.Kalla) yaitu Partai Persatuan Pembangunan-PPP (d/h Partai Kabah). H.Kalla merupakan salah seorang kader yang membesarkan dan mendanai PPP tempo doeloe. Sekedar diketahui JK masuk Partai Golkar selanjutnya duduk sebagai Anggota MPR, setelah ayahnya wafat, karena JK bukan type pembangkang orang tua (walau dalam perpolitikan).

Prediksi pen"capres"an JK 2014 yang tidak memiliki partai:

1.JK sebagai kader Partai Golkar kemungkinan besar partainya “sudah” menutup diri (sepertinya JK memang tidak jodoh dengan Partai Golkar, sudah 2x terjadi demikian ini), sekarang Aburizal Bakrie (Ketum DPP. Partai Golkar) sudah kapling (inipun masih terjadi pro-kontra, antara kader), Tapi ya sudah kita tinggalkan Partai Golkar untuk JK.

2.JK tidak mungkin bersama Partai Gerinda, karena PS ngotot menjadi Capres, sementara JK tidak mungkinlah mau menjadi cawapres, walaupun PS ngalah, mungkin tetap susah.

3.JK sangat susah pula bersama PDIP, karena tentu Mega akan mempunyai syarat, setidaknya akan menempatkan Puan Maharani (puteri mahkota) sebagai cawapres. Jujur (saya ketahui karakter JK), hal tersebut pastilah JK tidak menyetujuinya.

4.Partai Nasdem sebenarnya menginginkan menarik JK, tapi disini berat pula karena sang pendiri partai Bung Surya Paloh, nampak dari awal berambisi menjadi RI-1. Bisa jadi Nasdem hanya jadikan JK penarik massa.

5.Partai Demokrat (PD), jujur sebenarnya JK sangat cocok disini karena beberapa alasan: 1) JK menjadi wapres by PD 2) Sampai saat ini JK bersahabat dan silaturahim dengan SBY 3) Kalau PD mau bersih-bersih, maka JK sepantasnya menjadi penyapu disana 4) JK sangat cocok disandingkan dengan ipar SBY yaitu Letjen Pramono Eddy Wibowo atau bisa disandingkan dengan Dahlan Iskan (DI) by PD 5) PD tidak memiliki kader untuk menjadi RI-1. Tapi entahlah, apakah Pak SBY berpikir demikian? Tapi mungkin SBY agak segan atau mungkin gengsi mengajak JK.

6.Berdasarkan analisa tersebut diatas, maka kemungkinan besar JK akan di”capres”kan melalui PPP (mungkin ini sudah skenario Allah Swt untuk Indonesia Baru), partai leluhur orang tua dan keluarga JK (waktu itu PPPmasih bernama Partai Kabah (sekedar shar bahwa Ayah JK (Almarhum Haji Kalla) adalah sesepuh NU sementara Ibunda JK (Almarhumah Hj. Athirah) adalah sesepuh Muhammadiyah).di Sulawesi Selatan. Besar kemungkinan nantinya PPP yang mengusung JK.

Indonesia kedepan semestinya memilih pemimpin (presiden) yang kaya (moril dan materil), jujur, tegas, bersahaya. Intinya punya karakter membumi. Demi menyelamatkan Indonesia dari kemerosotan, hususnya moral dan akhlak. Indonesia sepertinya saat ini menjadi ladang korupsi yang semakin menggila. Indonesia butuh pemimpin atau panutan yang tidak korup dan peduli pada rakyat kecil, bukan peduli pada partai atau golongannya. Presiden adalah milik rakyat.

Akankah???? Insya Allah.

Jakarta, 25 September 2014

GIHFoundation Shar FB klik di Sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline