Lihat ke Halaman Asli

H.Asrul Hoesein

TERVERIFIKASI

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Belajar dari Bencana Wasior

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_285399" align="alignleft" width="136" caption="Bencana Wasior_dok.Mr.google"][/caption]

Musuh utama manusia adalah diri sendiri. Tidak ada kata terlambat, yang pasti harus berbenah, kami masih optimis Indonesia akan bangkit, petik hikmah dari bencana banjir bandang serta jenis bencana lainnya, belajar dari fakta, karena fakta tidak pernah berpihak. Banjir, Banjir lagi, dan lagi….Ilegal loging, Ilegal mining, Pemekaran wilayah, Sampah, dll, hanya terbayang sisi positifnya, selalu dilupakan dampak negative atas aktivitas yang tidak bersahabat, yaitu dihilirnya akan ada banjir atau bencana.

Bencana saat ini bukan semata-mata fenomena alam; intensitas cuaca berlebihan, dst.dst., sepanjang kita tidak terima hal ini sebagai teguran Allah Swt, hanya menerima sebagai murni fenomena alam, maka tunggu akibatnya akan sistemik (postingan ini akan menjadi saksi kebenaran). Coba kembali kita sadar bahwa, apa yang dilakukan sekelompok anak manusia, benar apa tidak?. Ingat ada pemilik mutlak atas bumi dan isinya, termasuk yang memiliki “manusia” adalah Tuhan YMK.

Kita saja bukan pemilik dari alam ini, kadang marah terhadap ulah premanisme, koruptor atau ketidakadilan pemerintahatau terhadap penghancur lingkungan (illegal loging, dll), dan marahlah kepada orang yang mendzalimi kita. Apalagi sipemilik Aslinya (Tuhan YMK)…Ya tentulah marah. Dalam Pelampiasan kemarahan atau sekaligus kecintaan Tuhan YMK, itu bisa berupa kebahagiaan(berhasil) atau berupa kegagalan,bencana alam dlsb. Ini harus difahami sebagai “tanda zaman”. Mari kita gunakan akal dan hati kita untuk mencermati semua ini (hanya iman seseorang yang bisa memahami semua ini, entah kalau tidak beriman).

Bumi bertindak, tidaksatupun manusia yang mampu mengatasinya, manusia yang tidak berdosa hanya mampu menangis, merintih, merontah, mengeluh, menuduh, sekaligus bisa jadi mencela atas kejadian-kejadian yang merugikan seperti menyaksikan mayat keluarganya dan menyaksikan kedahsyatan bencana, baik sementara berlangsung maupun pasca bencana, naudzubillah minzalik.

Mari kita cermati “awas” terhadap kejadian bencana ahir-ahir ini, semua wilayah NKRI merasakan kesusahan dan kegundahan, mulai dari Aceh, Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua; ada banjir bandang, longsor, banjir lumpur, gempa, banjir ROB, angin puting beliung, jalan dan jembatan rubuh, ya semacam tsunami kecil, kebakaran hutan, dll.

Akibat Ilegal Loging dan Pemekaran Wilayah.

Mari kita hentikan perdebatan “negative” di tingkat elit, bahwa ini bukan akibat illegal loging atau akibat pemekaran wilayah. Itu pastilah, fakta setiap banjir pasti ada potongan kayu bekas pembalakan. Ini juga pertanda bahwa wilayah pemekaran terlihat dipaksakan oleh kepentingan sesaat atau golongan. Berlomba mekar agar dapat “jatah” kue (APBN, DAU, DAK, dst) dari pemerintah pusat, terkhusus akan “menciptakan peluang” untuk menguasai dan menikmati uang rakyat melalui korupsi.

Khusus akibat pemekaran wilayah kabupaten, ini juga fakta, sesuai pantauan saya langsung di lapangan (ini bukan gossip atau wacana), Sebut misalnya di Sulawesi Selatan, khususnya di kabupaten Luwu Utara (pemekaran Luwu Raya) yang kemarin banjir di 7 kecamatan.ratusan rumah terendam. Benarlah apa yang data dipunyai Walhi itu bahwa 83% wilayah Indonesia rawan bencana.

Khusus di Indonesia Timur memang sangat rawan bencana pada wilayah pemekaran, seperti di Sulawesi Tenggara, ada Kab. Kolaka Utara, Kab. Bombana, Kab.Konawe Utara, Kab. Konawe Selatan yang semua posisi geografisnya sangat rawan, misalnya di Kab. Bombana sebagai sampel, jarak pegunungan dan laut sekitar 700-800 meter, dimana pegunungan disana terpaksa dibabat demi pengembangan infrastruktur jalan dan fasilitas publik dan pemerintahan. Juga hal semacam terjadi di Sulawesi Tengah, Gorontalo, serta di Sulawesi Utara, ada Kota Tomohon yang bersebelahan dengan Kota Manado dan Kab. Minahasa, semua membabat hutan dipegunungan untuk geliat pembangunan infrastruktur. Demikian pula di wilayah pemekaran di Kalimantan, Papua, Maluku, Sumatera, semua hamper sama.

Ini semua pembangunan infrastruktur yang tidak terukur dan terdeteksi dampaknya atau memang diabaikan karena kepentingan sesaat. Benar dan mari kita dukung pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri agar adakan “moratorium pemekaran wilayah” sampai batas waktu tertentu, kalau perlu kembalikan ke induknya bila dirasa gagal mengembangkan wilayah yang stagnan pembangunannya serta adakan segera moratorium loging, jangan keluarkan izin baru dan cabut izin yang telah ada. Harus adakan revolusi untuk masalah ini, jangan dibiarkan. Pak SBY harus tegas untuk masalah yang super serius ini. Kami percaya Presiden SBY mampu untuk itu. Ayo Pak SBY, kasian rakyatmu.

99 Persen versus 1 Persen

Kami sadar 99% akan diabaikan, tapi tetap kami menulis apa adanya, kami merasa wajib untuk menyampaikan (sebagai khalifa di muka bumi), kami berharap 1% dari Allah Swt untuk mengabulkannya, walau 1% tapi kami yakin itu “Hak yang Mutlak” akan datang kebenaran bukan pembenaran seperti selama ini).

Postingan ini sekedar sumbang-saran dari seorang rakyat lemah kepada pemimpinnya, terkhusus kepada pemerintah dan parlemen (Presiden SBY dan DPR), bahwa; Ingatlah masih ada penguasa sejati di alam raya ini, adalah Tuhan YMK. Janganlah kita dengan seenaknya berbuat, berbicara, berstrategi yang menyimpang dari norma agama, kita ini beragama, ada batasan-batasan didalamnya, tentu kita ketahui bersama. Sekalipun itu namanya “demokrasi” kita sepakat terima tanpa batasan. Tetap kita harus “bebas terbatas” karena kita beragama. Agama yang memberi batasan. Khusus agama Islam yang saya dan kebanyakan para pejabat yang menganutnya pula sangat jelas untuk itu. Jadi tunggu musibah apa lagi?????!!!!! Mari kita segera sadar, demi kemaslahatan bangsa dan negara.

Karena Indonesia Negara beragama, yang mayoritas penduduknya beragama Islam (jujur termasuk saya, juga bertanggung jawab di dalamnya) mari kita tarik atau fahami ajaran agama dengan benar (saya sorot agama Islam disini, karena mayoritas pemimpin termasuk anggota DPR beragama Islam), bahwa perlunya kita berhubungan baik dengan Allah Swt, Manusia dan Alam. Banyak ayat-ayat Al-Quran dan Al-Hadist yang menjelaskan tentang hal ini. Islam adalah rahmatan lilalamin. Tentu Anda (pejabat) semua lebih memahami hal ini. Mari kita mengambil hikmah dari bencana-bencana, belajar dari tsunami kecil Kota Wasior, Papua Barat, termasuk pertanyaannya; Kenapa tahun 2010 ini tidak ada musim kemarau?. Semoga !!!

GIH Foundation, asrulhoeseinBROTHER

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline