PERAN HAMBA TUHAN DALAM MENANGANI ANAK SEBAGAI
KORBAN BROKEN HOME
Hasrat Laoli
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta
hasratlaolisetia@gmail.com
Abstract
This article was written with the aim of providing an understanding of harmony in the family,
solutions in solving divorce problems, resolving the existence of children who participate in the
wrong relationships, as well as solutions to children who are not open in communication. Where
this article, especially for children who are victims of broken home caused by the factor of
disconnection or rifts in the relationship of husband and wife in the family. The breakup of the
relationship referred to in this case is due to problems such as divorce of husband and wife, lack
of social communication, and economic deficiencies that ultimately bring negative impact on the
child. Negative impact on children who are victims of broken home is in the form of children's
behavior that becomes aggressive, child delinquency, loneliness or loneliness that because the
child feels depressed or stressed that makes the child feel alienated or need attention but in a way
that brings bad impact to the child. Therefore, in this article, the author gives an individual who
plays a role in dealing with problems that occur in children as victims of broken home. The
person in question is a servant of God among Christians.
Key Word: Broken home, the role of God's servant
Abstrak
Artikel ini di tuliskan dengan tujuan memberikan pemahaman mengenai keharmonisan dalam
keluarga, solusi dalam menyelesaikan masalah perceraian, menyelesaikan adanya anak yang ikut
dalam pergaulan yang salah, serta solusi terhadap anak yang tidak terbuka dalam komunikasi.
Dimana artikel ini, khususnya terhadap anak yang menjadi korban broken home yang di
sebabkan oleh faktor putus hubungan atau keretakkan hubungan suami istri dalam keluarga.
Putusnya hubungan yang dimaksud dalam hal ini di akibatkan karena masalah yang terjadi
seperti perceraian suami istri, kekurangan komunikasi sosial, dan kekurangan ekonomi yang
akhirnya membawa dampak negatif terhadap anak. Dampak negatif terhadap anak yang menjadi
korban broken home yaitu berupa perilaku anak yang menjadi agresif, kenakalan anak, sikap
menyediri atau kesepian yang karena anak merasa tertekan ataupun stress sehingga membuat
anak merasa terasingkan atau membutuhkan perhatian namun dengan cara yang membawa
dampak buruk terhadap anak. Maka dari itu dalam artikel ini, penulis memberikan suatu oknum
yang berperan dalam menangani masalah yang terjadi pada anak sebagai korban broken home.
Oknum yang dimaksud adalah hamba Tuhan dalam kalangan orang Kristen.
Kata Kunci : Broken home, peran hamba Tuhan
PENDAHULUAN
Keluarga adalah unit terkecil yang terdiri Ayah, Ibu, dan Anak. Keluarga ini, berawal
dari terjalinnya ikatan pernikahan yang di sebut suami dan istri. Dari hubungan pernikahan inilah
muncul individu lain yang di sebut anak. Dari keluarga itu terbentuk adanya jemaat-jemaat
Kristen atau dapat di sebut keluarga Kristen. Keluarga Kristen itu sendiri merupakan suatu
keluarga yang tentunya percaya kepada Yesus Kristus sebagai juruselamat yang datang ke dunia
untuk menebus dosa-dosa manusia atau membebaskannya dari kebinasaan (I Tim. 1:15 ; Yoh.
3:16). Namun tidak hanya sekedar percaya dengan Yesus atau Firman itu sendiri, melainkan
menjadikannya teladan dalam kehidupannya sehari-hari. Keluarga Kristen ini yang di sebut
sebagai gerejanya Tuhan. Dalam suatu gereja terdiri dari sekumpulan anggota jemaat yang
berawal dari terbentuknya keluarga Kristen yang di pimpin oleh Hamba Tuhan yang dalam hal
ini Gembala atau Pendeta.
Dalam keluarga tentu tidak semua akan terasa baik-baik saja, tapi juga pasti adanya
kurang kesepahaman yang akan menimbulkan konflik dalam keluarga itu sendiri. Dimana hal itu
juga tidak akan terlepas dalam kehidupan orang Kristen sekalipun. Konflik seperti ini dapat
terjadi karena kurang ada komunikasi dalam keluarga, bahkan kurangnya ekonomi, dalam
keluarga pun menyebabkan hal tersebut kerap terjadi. Pada saat ini pun banyak terlihat di sekitar
kita tidak hanya sebatas hal itu saja yang akan terjadi, melainkan konflik ini akan memunculkan
terjadinya perceraian dalam keluarga. Kejadian-kejadian seperti ini dalam keluarga akan
mengakibatkan anak sebagai korban yang karena sudah tidak adanya interaksi yang baik antara
suami dan istri terlebih terhadap anak.
Broken home adalah suatu posisi dimana terjadinya perpecahan dalam suatu hubungan
keluarga yang di tandai dengan terputusnya tali komunikasi antara keluarga yang dominannya
terjadi antara suami atau istri. Hal ini menyebabkan anak sebagai korbannya yang akan merasa
kehilangan akan hubungan keluarga yang baik dalam hidupnya. Misalnnya, mengenai sikap
sang anak yang akan merasa tertekan ataupun stres yang membuatnya merasa terasingkan. Oleh
karena itu, anak yang merupakan korban broken home tentu akan berbeda pergaulannya dari
anak-anak lain yang keluarganya damai.
Penceraian adalah terjadinya putus hubungan pernikahan antara suami istri (keluarga).
Hubungan yang putus ini , disebabkan oleh adanya ketidaksaling memahami antara kedua pihak
dalam menjalankan perannya masing-masing. Mungkin saja hal itu juga terjadi karena salah
satunya ada yang tidak setia atau dalam hal ini ada faktor perselingkuhan antara hubungan
keluarga yang di awali kurangnya komunikasi maupun muncul perbedaan pendapat.
Permasalahan seperti ini juga dapat timbul karena kekurangan ekonomi dalam keluarga.
Penyebab yang timbul dalam keluarga broken home menurut Alferd dalam (Srihandayani
Astuti 1974:31) yaitu:
1. Penyebab fisik, yaitu kondisi yang bersifat fisik yang menyebabkan broken home seperti
perceraian (divorce), kematian (death), desertion dan separation.
2. Penyebab psikologis, yaitu broken home yang disebabkan karena perbuatan, perbedaan
pendapat, perbedaan sifat kesenangan, cemburu, tidak saling mencinta, dan lain-lain
yang menyebabkan terjadinya pertengkaran atau konflik.
3. Penyebab ekonomi, yaitu keadaan ekonomi yang jelek, penghasilan yang tidak sesuai
dengan keluarga antara kebutuhan dan pengeluaran, hal ini sehingga dengan mudah
menimbulkan dampak psikolgis bagi keluarga.
4. Penyebab sosial, hal ini secara tidak langsung tidak berpengaruh, tetapi sangat
memungkinkan terjadinya broken home misalnya masyarakat penjudi, peminum.
5. Penyebab ideologis, yakni perbedaan paham, sikap dan pandangan, perbedaan agama
antara suami dan istri.1
Berdasarkan pendapat tersebut lebih ditekankan bahwa masalah broken home ini
bukanlah masalah yang jarang di perbincangkan. Maka dari itu penulis membuat artikel ini
bahwa hamba Tuhan perlu ikut berperan dalam menyelesaikan masalah-masalah jemaat
Kristen.
Berkaitan hal-hal tersebut, artikel ini di tuliskan dengan tujuan:
a. Memberikan pemahaman mengenai keharmonisan dalam rumah tangga.
b. Membantu memberikan solusi dalam menyelesaikan masalah perceraian dalam keluarga.
c. Menyelesaikan adanya anak yang ikut dalam pergaulan yang salah, misalnya : narkoba,
seks bebas, dll.
d. Memberikan solusi kepada anak yang tidak mau terbuka dalam berkomunikasi.
METODE PENELITIAN
Metodologi yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah metode kualitatif murni.
Metode kualitatif murni yaitu menggunakan pendekatan kepustakaan (library research).
Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan
dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.2
PEMBAHASAN
Broken home berasal dari dua kata yaitu broken dan home. Broken berasal dari kata break
yang berarti keretakan, sedangkan home berarti rumah tangga (Echlos & Shadly, 1996 : 81).
Keluarga broken home merupakan pasangan suami istri yang mengalami permasalahan dalam
keluarga kemudian memutuskan untuk mengakhiri suatu hubungan dengan kata perceraian yang
pada umumnya berdampak pada psikologis anak, baik dalam pendidikan maupun lingkungan
sosialnya.3
Penyebab terjadinya perceraian antara pasangan suami istri yaitu sebagai berikut.
1. Perselingkuhan
Perselingkuhan adalah sebab umum yang sering terjadi dalam hubungan
pernikahan, yang akhirnya akan memacu pada keretakan. Dimana dalam hal ini,
salah satu pihak dari pasangan menjalin hubungan dengan orang lain di tengah
hubungan pernikahannya. Bagi setiap orang, masalah perselingkuhan merupakan
kesalahan berat yang sulit untuk ditoleransi karena cukup menyakiti hati korban.
Hal seperti ini menyebabkan hancurnya kepercayaan terhadap pasangan, bahkan
memunculkan masalah dalam situasi apa pun yang pada akhirnya memilih bercerai
sebagai keputusan terbaik yang bisa di lakukan.
2. Masalah ekonomi
Masalah ekonomi juga merupakan salah satu pernyebab perceraian yang kerap di
alami oleh setiap pasangan suami istri. Dimana hidup dalam kemiskinan yang sangat
membuat stres, hingga menyebabkan terjadinya pertekaran yang dapat mengakibatkan
perceraian.
3. Masalah kecanduan
Jika salah satu pihak dalam pasangan mempunyai perilaku buruk yang berlebihan
seperti kecanduan alkohol, tentu akan memberikan suasana yang tidak nyaman bagi
pasangannya. Masalah inilah yang dapat menjadi sumber masalah pertengkaran
dalam hubungan pernikahan juga.
4. Ketidakcocokan
Adanya ketidakcocokan juga dapat memacu terjadinya perceraian antara suami
istri. Dimana hal ini terjadi bagi pasangan yang mempunyai banyak perbedaan,
misalnya perbedaan dalam segi agama, nilai-nilai kehidupan, hingga prinsip atau
pemikiran. Jika masalah ini tidak dapat dikompromikan dengan baik, tentu bisa
menjadi ancaman dalam hubungan pernikahan.
5. Perbedaan yang tidak dapat didamaikan
Perbedaan pandangan atau persepsi dari setiap pasangan memang bisa menjadi
salah satu faktor pemicu masalah dalam hubungan pernikahan. Terlebih lagi jika
masing-masing pihak mempunyai ego yang tinggi dan tidak didasarkan pada sikap
toleransi yang baik. Tentu ini akan menimbulkan masalah yang tidak berkesudahan
yang akhirnya juga akan menuju keperceraian.
Dampak Broken Home terhadap Anak
Semua orang menginginkan keluarga yang bahagia, namun tidak jarang keluarga yang
dalam prosesnya mengalami kegagalan yang akhirnya mengalami keretakan dalam hubungan
keluarga tersebut. Tentunya hal seperti ini akan ada dampaknya bagi anak-anak, yang di
antaranya dapat menurunkan prestasi belajar anak. Dimana prestasi belajar anak akan menurun
sebab orangtua sudah tidak mempedulikan keadaan sang anak, yang salah satunya dalam
perkembangan akademik anaknya. Dampak lain yang mungkin akan terjadi terhadap si anak
yaitu adanya perilaku agresif, sikap merasa sendiri atau kesepian, bahkan bisa terjadinya dampak
pada kenakalan si anak.4 Hal seperti ini bisa terjadi terhadap si anak karena ia merasa
membutuhkan perhatian dari orang lain sebab dia tidak mendapatkan perhatian apa-apa dari
keluarga. Kenakalan pun dapat terjadi pada pribadi anak dikarenakan kurangnya pembekalan
atau pembinaan bagi anak, misalnya pembinaan berupa kerohanian anak. Jadi, untuk
menghindari adanya perilaku-perilaku anak seperti ini, maka anak yang sebagai korban
membutuhkan dukungan dari orang lain yang mampu mendekatkan diri kepadanya dan dapat