Lihat ke Halaman Asli

Hasna Zalfa Taqiyyah

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Resensi Buku Jurnalis Perempuan dalam Pusaran Konflik (2023)

Diperbarui: 24 Desember 2024   12:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cover Buku (Sumber: Gramedia.com)

  • Identitas Buku

Judul Buku: Jurnalis Perempuan dalam Pusaran Konflik

Penulis: Angela Siallagan

Penerbit: PT. Kompas Media Nusantara

Tahun Terbit: 2023

Jumlah Halaman: 164 Halaman

Jenis Buku: Non Fiksi

  • Ringkasan Buku

"Jurnalis Perempuan dalam Pusaran Konflik" merupakan buku yang menceritakan pengalaman para jurnalis perempuan di berbagai wilayah konflik. Angela Siallagan, seorang jurnalis, berfokus pada kisah-kisah nyata dari reporter perempuan yang terjun ke medan-medan berbahaya. Buku ini tidak hanya bercerita tentang peristiwa konflik secara umum, tetapi juga menggali bagaimana jurnalis perempuan berjuang untuk meliput berita di daerah-daerah konflik. Mereka sering kali menghadapi risiko yang lebih besar daripada rekan laki-laki mereka, seperti ancaman kekerasan seksual, perbedaan perlakuan, dan hambatan akses informasi.

Desi Fitriani, sejak 2014 hingga saat ini duduk sebagai Executive Producer di Metro TV. Kontribusinya dalam bidang jurnalistik selama 29 tahun. Perempuan yang biasa dipanggil sebagai Desi Bo, salah satu reporter andalan Metro TV yang telah meliput konflik di dalam negeri maupun luar negeri. Salah satunya adalah wilayah Aceh pada tahun 2001 konflik pertamanya antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan aparat pemerintah (TNI dan Polri), Timor Leste pada tahun 2006, hingga konflik di Gaza pada tahun 2010.

Irene Sarwindaningrum, sejak 2019 hingga saat ini bertugas sebagai jurnalis investigasi di Harian Kompas. Karir jurnalistik sudah berusia 16 tahun, keseluruhannya dijalankan di media cetak Harian Kompas, mulai dari desk nusantara hingga desk investigasi. Ire melakukan liputan di berbagai wilayah yang ada di Indonesia. Salah satu pengalaman yang diceritakan adalah saat ia meliput Gunung Merapi di D.I Yogyakarta pada tahun 2010.

Maria Rita Hasugian, sejak 2021 menjadi pemimpin redaksi/penanggung jawab redaksi di media daring KatongNTT.com. Wartawan senior ini sudah berada pada bidang jurnalistik selama 27 tahun di Suara Pembaruan dan Tempo Group. Dia sering dikirim kedua media tersebut untuk meliput konflik di Nusantara dan mancanegara. Hasil liputannya yang mendalam membuat ia mendapatkan penghargaan berskala nasional hingga internasional. Salah satu pengalaman yang ia ceritakan adalah konflik peso di sulawesi tengah antar kelompok muslim dan kristen. Selain dalam negeri Rita juga meliput konflik di luar negeri seperti myanmar, pakistan, korea selatan, kamboja, mesir dan singapura. 

Nani Afrida, Sejak desember 2022 hingga saat ini sebagai Executive Director Konde.co. Selain itu, ia juga aktif di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan pengurus Gender Council di Asia Pasifik untuk International Federation of Journalist (IFJ) Jurnalis senior ini sudah berada pada bidang jurnalistik selama 23 tahun. Ia menginjak karier ini pertama kalinya di Serambi Indonesia (Tribunnews Aceh), Koresponden untuk The Jakarta Post khusus wilayah Aceh, kemudian ke media Acehkita, EPA, DPA, dan Anadolu Agency. Pengalaman selama 8 tahun meliput di wilayah aceh menjadikan ia perempuan yang tangguh.

  • Kelebihan

1. Perspektif yang Jarang Diangkat

Buku ini mengangkat cerita para jurnalis perempuan tentang jurnalisme konflik. Mengeksplorasi perspektif berbeda dari perempuan dalam menghadapi situasi konflik, yang tidak hanya menyoroti bahaya fisik, tetapi juga tantangan sosial dan budaya yang mereka hadapi. Buku ini mengangkat isu pemberdayaan perempuan di bidang jurnalisme yang didominasi oleh laki-laki, terutama di wilayah-wilayah konflik. Kisah-kisah yang ditulis memberikan gambaran kuat tentang bagaimana perempuan tidak hanya berjuang untuk memberitakan peristiwa-peristiwa penting, tetapi juga melawan diskriminasi gender yang sering mereka alami dalam profesi mereka.

2. Gaya Penulisan yang Menarik

Angela Siallagan menggunakan gaya penulisan yang deskriptif dan naratif, sehingga pembaca dapat membayangkan situasi secara keseluruhan yang dialami oleh jurnalis perempuan di lapangan. Ini membuat buku ini tidak hanya informatif, tetapi juga mengalir seperti sebuah cerita yang menarik dan penuh emosi.

3. Wawasan tentang Jurnalisme

Buku ini tidak hanya menarik bagi pembaca yang tertarik pada dunia jurnalisme, tetapi juga bagi mereka yang peduli terhadap isu-isu sosial dan politik yang lebih luas, seperti hak-hak perempuan, kesetaraan gender, dan konflik global. Buku ini memberikan wawasan yang kaya mengenai bagaimana peran jurnalis, khususnya perempuan, dalam mengungkapkan kebenaran dari wilayah konflik yang sering kali tak terjangkau.

  • Kekurangan

1. Kurangnya Analisis Mendalam

Meskipun buku ini kuat dalam menceritakan pengalaman nyata, tetapi kurang memberikan analisis mendalam atau solusi tentang bagaimana mengatasi tantangan yang dihadapi jurnalis perempuan. Pembaca yang mencari wawasan lebih strategis tentang perubahan atau perlindungan yang bisa dilakukan di lapangan mungkin merasa kurang terpenuhi.

2. Alur Cerita yang Kurang Terstruktur

Ada beberapa bagian dalam buku di mana penulis berpindah dari satu cerita ke cerita lainnya dengan cepat. Pergantian alur terasa mendadak dan tidak didukung dengan latar belakang yang cukup, sehingga mengurangi kejelasan terhadap narasi. Ini bisa membuat pembaca kehilangan jejak dan kesulitan memahami bagaimana berbagai cerita ini terhubung satu sama lain secara keseluruhan.

3. Minimnya Penggambaran Kegagalan

Buku ini lebih menonjolkan pengalaman-pengalaman yang berhasil, membuat pembaca merasa bahwa buku kurang menggambarkan kenyataan penuh dari medan konflik, di mana tidak semua usaha berakhir dengan sukses atau hasil positif. Dengan lebih banyak menggambarkan pengalaman sukses tanpa menyeimbangkannya dengan kegagalan atau ketidakpastian, buku ini mungkin kurang memberikan gambaran yang sepenuhnya akurat mengenai kerasnya realitas di lapangan bagi jurnalis perempuan.

  • Kesimpulan

Buku Jurnalis Perempuan dalam Pusaran Konflik karya Angela Siallagan adalah kumpulan kisah nyata tentang keberanian dan tantangan yang dihadapi jurnalis perempuan di medan konflik. Buku ini memberikan wawasan tentang ketangguhan mereka dalam menghadapi risiko kekerasan, diskriminasi gender, serta tekanan emosional dan fisik saat meliput peristiwa penting di wilayah berbahaya. Meskipun memiliki kekurangan seperti alur yang kadang membingungkan dan fokus pada pengalaman sukses, buku ini tetap menawarkan pandangan yang inspiratif dan mendalam tentang peran perempuan dalam jurnalisme konflik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline