Lihat ke Halaman Asli

Menilik Lebih Dalam Novel "Azab dan Sengsara" Karya Merari Siregar Terbitan Balai Pustaka

Diperbarui: 3 Mei 2023   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Judul Buku          : Azab dan Sengsara       

Penerbit               : Balai Pustaka

Pengarang           : Merari Siregar

ISBN                      : 979-407-168-4

Halaman              : 206 halaman

Tahun                    : 2011

                                                                                                                                               

Tentu kalian yang sudah hampir mendalami sastra tidak asing dengan novel Azab dan Sengsara ini, novel karya Merari Siregar yang diterbitkan oleh Balai Pustaka. Angkatan Balai Pustaka sendiri sempat menyemat sebagai pelopor sastra Indonesia modern. Novel ini berlatarkan daerah Batak tepatnya di Sipirok, menceritakan kisah percintaan yang berujung kesengsaraan, dengan tokoh utama yang bernama Aminu'ddin dan Mariamin.

Kenapa berujung kesengsaraan? Karena perbedaan derajat mereka, memang sudah tidak asing lagi dengan tingkat kesederajatan di tanah air kita, apa lagi latar tahun cerita ini yang masih mengikuti tradisi, yaitu orang kaya malu bahkan tidak mau menikah dengan orang miskin. Aminu'ddin merupakan anak dari kepala kampung, sementara itu Mariamin orang miskin yang hanya hidup dengan ibu dan adiknya saja, ditambah ibunya sedang sakit-sakitan. Sebenarnya menurut tradisi, pernikahan mereka tidak boleh dilarang oleh orang tua keduanya, karena mereka masih satu keluarga, dan pernikahan tersebut dapat mengeratkan ikatan kedua keluarga. Orang tua Aminu'ddin  tidak setuju untuk menikahkan keduanya karena perbedaan kesederajatan itu, kemudian orang tua Aminu'ddin mencari pasangan yang tepat untuk anaknya, maksudnya yang tepat disini adalah yang sederajat dengan mereka.

Adat memanglah susah untuk dilupakan, apalagi jika sudah bertahun-tahun lamanya, Aminu'ddin mau tidak mau setuju dengan apa yang direncanakan orang tuanya, karena ia tidak mau orang tuanya menanggung malu dan memang sudah adatnya pula kalau anak gadis yang dijemput oleh mertuanya tidak boleh dikembalikan lagi.

Novel ini memang mengangkat dan menjelaskan beberapa adat yang ada di Batak, tidak lupa pula penulis menggambarkan suasana daerahnya sangat indah, yang dimana para pembaca diajak ikut membayangkan berada disana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline