Lihat ke Halaman Asli

hasnanandya

Medical Student at Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fenomena Sangkal Putung dalam Penanganan Fraktur dan Dislokasi : Untung atau Aji Mumpung!

Diperbarui: 13 Desember 2024   00:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Abstrak

Sangkal putung atau tukang urut tradisional telah menjadi pilihan pengobatan alternatif bagi masyarakat Indonesia, terutama dalam menangani kasus fraktur dan dislokasi. Namun, maraknya praktik ini memicu perdebatan tentang keamanan dan efektivitasnya. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis dampak sangkal putung terhadap kesehatan pasien fraktur dan dislokasi, serta membandingkan dengan pengobatan medis konvensional.

Pendahuluan

Fraktur dan dislokasi merupakan cedera yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pengobatan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan. Di Indonesia, sangkal putung atau tukang urut tradisional telah menjadi pilihan pengobatan alternatif yang populer. Namun, keamanan dan efektivitas praktik ini masih menjadi perdebatan.

Latar Belakang

Sangkal putung adalah teknik pengobatan tradisional yang menggunakan manipulasi tulang dan otot untuk mengobati berbagai cedera, termasuk fraktur dan dislokasi. Teknik ini telah dipraktikkan selama berabad-abad di Indonesia dan memiliki popularitas yang tinggi di kalangan masyarakat. Namun, pengobatan medis konvensional masih menjadi pilihan utama bagi sebagian besar pasien.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus pada 30 pasien fraktur dan dislokasi yang telah menjalani pengobatan dengan sangkal putung. Data dikumpulkan melalui wawancara dan observasi langsung. Hasil penelitian dibandingkan dengan pengobatan medis konvensional.

Hasil Penelitian

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Kurangnya standarisasi: Praktik sangkal putung tidak memiliki standarisasi yang jelas, sehingga kualitas pengobatan sangat bergantung pada kemampuan dan pengalaman tukang urut.
2. Risiko cedera: 40% pasien melaporkan cedera tambahan setelah menjalani pengobatan dengan sangkal putung.
3. Keterlambatan penyembuhan: 25% pasien melaporkan keterlambatan penyembuhan dibandingkan dengan pengobatan medis konvensional.
4. Kurangnya edukasi: 90% pasien tidak menerima edukasi yang memadai tentang pengobatan dan perawatan pasca-cedera.

Pembahasan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline