Lihat ke Halaman Asli

Hasna Musyarifah

Fresh Graduate Communication Sciences

Hatiku Berhenti di Kamu. Tanpa Alasan dan Harapan.

Diperbarui: 19 Desember 2024   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku menyukaimu karena itu kamu, tanpa alasan.

Awalnya, kukira aku bisa menganggapmu teman biasa seperti yang lainnya. Kukira aku bisa berbincang denganmu tanpa merasakan apa-apa. Kukira aku bisa mengirim pesan padamu tanpa menunggu kamu membalasnya. Kukira aku bisa melanjutkan perkenalan tanpa peduli seperti apa akhirnya.

Tapi perkiraanku salah.

Ucapan selamat pagi yang dulu hanya basa-basi, tak kusangka berbalik menjadi kalimat yang kini kunanti. Hari-hariku terasa aneh dan kamulah alasannya.

Ada kalanya kamu hadir menyapaku, lalu kamu menghilang untuk sekian waktu. Ada saat di mana kamu berkelakar dan merayu, lalu detik berikutnya kamu dingin seperti salju. Ada satu hari di mana kamu mengingatku, lalu berhari-hari berikutnya kamu lupa denganku. Ada saat di mana kamu bertanya, kemudian tak lagi peduli apa jawabku.

Kamu lebih sering tiada dibanding ada. Kamu lebih sering mengabaikan dibanding peduli. Kamu lebih banyak diam dibanding bicara. Kamu keras seperti dinding dan hanya sesekali membuka celah namun setelahnya kamu akan tertutup rapat. Harusnya aku benci dengan sikapmu. Tapi ada yang mengelak dalam diriku.

Aku hanya persinggahan untukmu menepi. Meski aku menawarkan rumah, kamu tetap akan pergi.

Aku tahu kita akan berakhir tanpa memulai apa-apa. Kamu tak pernah memperjuangkanku. Hanya aku yang menunggu sambil berdiri pada harapan yang terbangun dengan sendirinya. Hanya aku yang berdebar mendengar suaramu. Hanya aku yang mencari-cari cara agar kita bisa terus berinteraksi.

Kamu meninggalkan jejak dalam jarak, dan aku mendekapnya erat.

Kamu ingat saat kita mengobrol di malam hari melalui ponsel? Andai kamu bisa melihatku, pasti kamu akan tertawa karena senyum konyol yang tak henti-hentinya bertengger di wajahku.

Banyak hal yang tidak kamu tahu dan biar kini kuberi tahu. Aku sering membaca ulang percakapan kita. Aku sering mengingat ulang obrolan kita. Aku sering memutar-mutar suaramu yang tertinggal dalam ingatanku. Aku sering ingin tahu apa yang sedang kamu lakukan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline