Lihat ke Halaman Asli

Dokter Mogok (massal)? Yuk, semuanya Demo!

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love .. Love...Doctor

NB : Tulisan ini berasal dari suara "Awan". Jika salah saya minta maaf, tunjukkan dimana salahnya. Jika ada benarnya, jangan saya ditampar. Khusus yang jeleknya, jangan jadi sumber inspirasi iseng anda. IYNWIM. Mau jadi apa Negara ini... [caption id="" align="aligncenter" width="240" caption="Love .. Love...Doctor"][/caption] Sejak kecil, saya mengagumi proses pengobatan tubuh. Ada 2 bagian yang saya pelajari sejak mulai mengenal huruf. Pelajaran keimanan (pribadi saya) dan pelajaran pengobatan (medis). Dalam pembelajaran saya, saya membaca buku-buku pengobatan tradisonal, pengobatan herbal, teknik pijat dan refleksi, medis modern (dasar/lebih kepada sebab dan pencegahan), bahkan juga komik-komik berbau kedokteran (mis. Black Jack), dll. Tapi untuk yang pertama, tidak saya terapkan sebagai niatan (pendidikan) dan tujuan profesi karena orang tua saya saat itu seorang guru dan perokok. Seorang berpendidikan dan mengetahui bahwa itu berbahaya bagi diri sendiri terlebih bagi orang lain, masih tetap melakukannya. Artinya??? Berita miring mengenai profesi dokter muncul. Memang secara kasus, sebenarnya saya setuju dengan tindakan unjuk rasa, orasi atau apapun namanya itu. Akan tetapi, cara atau bahasa pintarnya, mekanismenya salah. Dengan kosongnya pelayanan teknis pengobatan, banyak jiwa dipertaruhkan demi sebuah kemenangan. Seperti sebuah komentator kompas (lupa di judul mana), yang mempertanayan demonya dokter ini mengurus Hukumnya atau Profesinya. Satu detik itu amat berarti bagi seorang pembalap. Bagi pasien penderita sakit dan keluarga, satu menit itu amat-amat berarti, apalagi jika menyangkut hidup-mati. Apakah melalui perwakilan tidak bisa dilakukan? Atau tidak ada perwakilan kedokteran yang mampu memiliki kapasaitas memprotes permasalahan beginian? 1-3 perwakilan tiap provinsi apakah tidak ada yang mampu unjuk suara tanpa mengganggu operasional medis? Atau kedoktran di Nusantara ini ingin menunjukkan keberadaan mereka yang begitu tingginya? Begitu naifnya. OK. Lets see if that what they want.

  • Bayangkan jika semua "pekerja PLN" mogok pada hari ini, dengan adanya sentimen rusaknya nama mereka akibat pemadaman, denda pembayaran listrik, dllnya. Khususnya buat keluarga yang berprofesi dokter.
  • Bayangkan jika semua pedagang makanan mogok saat ini, dan tidak melayani konsumen, khususnya buat keluarga yang berprofesi dokter.
  • Bayangkan jika saat ini semua pejabat keamanan dan hukum mogok. Tidak mau menerima pengaduan kasus dengan cacian kita terkait status no.wahid terkorup mereka, khususnya buat keluarga yang berprofesi dokter.
  • Bayangkan... Bayangkan...Bayangkan...!!!

Bayangkan jika semua menggunakan mogok sebagai pelarian akan sebuah tuntutan....Mau jadi apa negara ini?? Satu harapan saya, seperti kata Dedy Corbuzier dalam hitam-putihnya kemarin. Hanya satu demo yang benar. DEMO MASAK. Sumber foto : YUK DEMO...!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline