Lihat ke Halaman Asli

Hasim Asyari

Mahasiswa Aktif Untirta

Belajar dari Kampus Vs Belajar dari Dunia Nyata

Diperbarui: 3 Juli 2024   00:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto pribadi

"Apa yang kita pelajari di dalam kelas, itu hanyalah 30 persen dari dunia nyata. Selebihnya 70 persen akan kita dapat di dunia nyata." Kata gue di dalam Bis kepada Salwa, saat perjalan pulang dari Bandung.

"Kenapa elo berpikiran seperti itu?' Tanyanya kritis.

"Setelah gue alami hasilnya seperti itu. Kita hanya belajar teori tanpa aksi, bahkan sekali aksi belum tentu tepat sasaran. Dunia nyata sangat abstrak."

"Datanya dari mana? Kalo tidak ada berarti itu hanya asumsi belaka dong?"

Gue hanya tersenyum, akhirnya masuk jebakan. Skakmat! Lalu gue menjelaskan perbedaan-perbedaanya yang relate tanpa bisa dibantah. Karena memang, satu pelajaran yang kita dapat di dunia nyata lebih berharga, dibanding di kelas.

Akhir-akhir ini semenjak masuk ke semester dua, titik fokus gue bukan aktif di kelas atau di kampus. Melainkan di luar kampus setelah sebelumnya pada semester satu sibuk jadi Maba kayak kebanyakan orang. Apa yang gue dapatkan? Abai terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh Dosen, bahkan pas Ujian Tengah Semester pun dilewatkan begitu saja, karena alasan tidak ke handle.

Tentu itu bukan prestasi yang harus dibanggakan, lebih tepatnya harus dijadikan sebuah pembelajaran. Gue mengakui salah besar dalam memprioritaskan waktu kuliah dengan waktu main, meskipun mainnya positif yah seperti mengikuti kegiatan-kegiatan seminar, pelatihan, dan lain-lain.

Tetapi dari sinilah awal pikiran gue terbuka soal perbedaan dunia nyata dengan dunia kampus, mana yang lebih dominan dari keduanya. Berikut gue paparkan:

1. Bentuk mendapatkan ilmunya berbeda

Di dalam kelas, kita mendapatkan ilmu dari Dosen hanya iya-iya aja, apa yang kita rasakan? Palingan takjub, 'Oooh! Ternyata begitu yah' dan respon-respon lain sebagainya. Memori ingatan kita tidak bermain keras di situ, karena terditraksi oleh pengetahuan-pengetahuan lainnya.

Sebaliknya di dunia nyata, kita mendapatkan ilmu langsung berdasarkan apa yang sedang dialami.  Contohnya ditinggal oleh seseorang yang kita cintai. Apa yang kita rasakan? Sakit, menangis, patah hati, dan bentuk yang serupa. Tetapi dari kehilangan itulah kita dapat pelajaran bahwa suatu saat nanti jangan pernah pergi meninggalkan seseorang yang mencintai kita dengan tulus. Dan kalau bosan, lebih baik berkomunikasi baik-baik dari pada pergi meninggalkan kesan bak belati yang menusuk-nusuk hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline