Lihat ke Halaman Asli

Hashlin Utami

M.Sc in Molecular Biology

Ancaman Resistensi Antibiotik: Pentingnya Tingkatkan Kesadaran dalam Menggunakan Antibiotik

Diperbarui: 4 Januari 2023   20:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Profil fluorescence bakteri setelah pemberian antibiotik yang mengindikasikan kerusakan pada DNA dan protein pada bakteri (sumber: pribadi).

Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika aktivitas antimikroba dari antibiotik tidak lagi dapat membunuh bakteri ataupun menghambat perkembangbiakan bakteri. Resistansi bakteri terhadap antibiotik adalah sebuah masalah berskala global yang mana kasus temuannya meningkat setiap tahunnya.

Dalam laporan tahunan 2022, European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) melaporkan kematian lebih dari 35.000 jiwa akibat infeksi yang disebabkan oleh mikroba resistan. 

Andrea Ammon, Direktur dari EDCD, menuturkan bahwa sekitar infeksi ini menyebabkan kematian hingga 100 orang di EU/EEA. Ammon juga menyerukan pentingnya realisasi kebijakan demi mengurangi penggunaan antibiotik yang tidak diperlukan, meningkatkan aksi pencegahan dan pengontrolan infeksi, dan mengimplementasikan program Antimicrobial Stewardship (AMS).

Di Indonesia sendiri prevalensi bakteri multi resisten dilaporkan mencapai 50-82% , data ini dilaporkan berdasarkan hasil survey nasional resistensi anti mikroba Kementrian Kesehatan tahun 2016. 

Berbagai program pencegahan peningkatan kasus resistansi antibiotik di Indonesia telah dilakukan, termasuk memublikasikan pedoman penggunaan antibiotik oleh Menteri Kesehatan republik Indonesia dan kewajiban pengadaan program AMS untuk akreditasi rumah sakit.

Studi oleh Limato, et al. (2022) memaparkan 4 tantangan utama dalam pengimplementasian program AMS di Indonesia, yaitu;

1) Pemberdayaan yang tidak efektif dan minimnya dukungan terhadap kebijakan kewajiban AMS dalam proses akreditasi rumah sakit.

2) Konflik kepentingan untuk menghasilkan profit dan hubungan profesional antara dokter dan manajer rumah sakit.

3) Biaya tes kultur bakteri yang sering kali tidak terjangkau dan rendahnya ambang batas cakupan asuransi kesehatan.

4) Infrastruktur yang belum dapat diandalkan, termasuk laboratorium mikrobiologi dan fasilitas untuk tindakan bedah. Hal ini dapat membuat tingginya penggunaan antibiotik demi menutupi minimnya fasilitas tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline