Lihat ke Halaman Asli

HASHFI RASIS

Mahasiswa

Edukasi Sikap Kesiapsiagaan Bencana Banjir Kepada Anak-Anak

Diperbarui: 9 Januari 2024   00:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Indonesia, terletak di Cincin Api Pasifik, memiliki potensi sumber daya alam yang besar, tetapi juga rentan terhadap berbagai bencana alam. Bencana tersebut, termasuk banjir, tanah longsor, angin topan, dan gempa bumi, seringkali dipicu oleh faktor hidrometeorologi. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa banjir merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia. Banjir dapat disebabkan oleh intensitas curah hujan tinggi, dan dampaknya melibatkan kerusakan lingkungan, infrastruktur, dan kehidupan masyarakat di wilayah yang rentan. Banjir juga dipengaruhi oleh faktor manusia, seperti modifikasi penggunaan lahan, penanganan limbah, dan perkembangan permukiman yang kurang teratur di sepanjang sungai. Dampak banjir melibatkan kerusakan infrastruktur, kehilangan aset, risiko kesehatan masyarakat, gangguan layanan publik, kerugian ekonomi, dan dampak sosial jangka panjang. Oleh karena itu, pencegahan dan kesiapsiagaan tanggap bencana diperlukan untuk mengurangi dampak negatif bencana yang dapat terjadi kapan saja (Anies, 2017; Taryana dkk., 2022).

Kesiapsiagaan, menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007, melibatkan serangkaian kegiatan yang bertujuan mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian dan langkah-langkah tepat guna. Menurut Carter (1991), kesiapsiagaan merupakan langkah-langkah yang memungkinkan pemerintah, lembaga, keluarga, dan individu untuk merespons situasi bencana dengan cepat dan efektif guna mengurangi kerugian serta jumlah korban jiwa. Tujuan kesiapsiagaan, sebagaimana dijelaskan oleh IDEP Foundation, termasuk mengurangi ancaman, kerentanan keluarga, akibat, serta memperkuat kerja sama. LIPI-UNESCO/ISDR (2006) mengidentifikasi lima parameter dalam mengukur tingkat kesiapsiagaan keluarga terhadap bencana, yaitu pengetahuan dan sikap terkait risiko bencana, kebijakan dan panduan, rencana tanggap darurat, parameter peringatan bencana, dan parameter mobilisasi sumber daya.

Anak-anak merupakan kelompok yang rentan terhadap dampak dan akibat bencana, seperti disampaikan oleh Nasrulloh dkk. (2021). Dampak bencana dapat berpengaruh signifikan pada berbagai aspek tumbuh kembang anak, termasuk aspek fisik, mental, emosional, dan sosial. Riset oleh Fuller (2014) menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami dampak dari badai atau banjir cenderung memiliki skor rendah pada tes matematika dan membaca. Oleh karena itu, untuk mencegah dampak negatif tersebut, perlu diterapkan kesiapsiagaan dan perilaku tanggap bencana yang optimal pada anak-anak.

Purwani dkk (2019) menggunakan media grafis yang berisi tindakan sebelum banjir, saat banjir, serta produk penunjang beruapa buku panduan penggunaan media grafis. Media grafis digunakan sebagai alat visual yang diterapkan dalam ruang kelas untuk memfasilitasi proses pembelajaran siswa dan meningkatkan keterbacaannya. Alat bantu visual dianggap sebagai sarana terbaik untuk meningkatkan efektivitas pengajaran dan penyebaran pengetahuan. Hasil dari penelitian ini adalah media grafis dapat meningkatkan pengetahuan tentang siaga banjir pada anak dengan usia 5-6 tahun. Pada tahun yang sama, Saparwati dkk., (2019) melakukan penelitian menggunakan video animasi untuk meningkatkan pengetahuan kesiapsigaan bencana pada 68 siswa SD, dan membuktikan bahwa video animasi efektif untuk meningkatkan pengetahuan kesiapsiagaan bencana. Selanjutnya, Nasrulloh dkk., (2021) melakukan penelitian dengan memberikan media komil untuk meningkatkan pemahaman kesiapsiagaan bencana banjir pada anak yang melibatkan kelompok uji kecil. Nasrullohd kk., (2021) menggunakan media komik Aku Pintar Siaga Bencana Banjir dengan tujuan meningkatkan pengetahuan kesiapsiagaan terhadap banjir pada anak-anak berusia 7-8 tahun serta mengevaluasi efektivitas media komik ini. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa  media komik "Aku Pintar Siaga Bencana Banjir" dapat dianggap sebagai salah satu alat yang dapat efektif digunakan untuk meningkatkan pemahaman kesiapsiagaan terhadap bencana banjir pada anak-anak usia 7-8 tahun. Selain penggunaan media komik dan media grafis, Ulya dkk (2023), memanfaat permainan edukasi sebagai alat untuk memberikan pengetahuan bencana banjir terhadap anak 5-6 tahun. Hal ini sesuai dikarenakan dunia anak adalah dunia bermain dan anak lebih dapat memahami melalui permainan. Selaras dengan penelitian yang menggunakan media komik dan media grafis, permainan edukasi juga layak dan dapat digunakan untuk memberikan pemahaman kesiapsiagaan bencana banjir pada anak. Tidak hanya Ulya dkk., (2023) yang menggunakan permainan edukasi, Kholisoh dan Aprilina (2023) juga menggunakan edukasi puzzle sebagai sarana untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana banjir pada siswa sekolah. Puzzle dapat dimanfaatkan untuk tujuan yang lebih signifikan, seperti pendidikan, yang bertujuan untuk mengembangkan, memberikan kesadaran, dan memperkenalkan tindakan kesiapsiagaan kepada siswa ketika menghadapi bencana banjir dan terbukti bahwa puzzle merupakan sarana yang efektif dalam penyampaian pengetahuan kesiapsiagaan bencana kepada siswa.

Dalam rangka mengantisipasi bencana, kesiapsiagaan diimplementasikan melalui serangkaian kegiatan yang melibatkan pemerintah, lembaga, keluarga, dan individu. Berbagai penelitian juga menunjukkan penggunaan media grafis, video animasi, komik, game edukasi, dan puzzle sebagai alat efektif untuk meningkatkan pemahaman kesiapsiagaan bencana pada anak-anak. Baik media grafis, video animasi, maupun komik seperti "Aku Pintar Siaga Bencana Banjir" mampu meningkatkan pengetahuan anak-anak tentang bencana banjir. Permainan edukasi dan puzzle juga terbukti efektif dalam menyampaikan pengetahuan kesiapsiagaan pada siswa sekolah. Dengan demikian, pendekatan kreatif dan inovatif melalui berbagai media menjadi penting dalam meningkatkan pemahaman dan kesiapsiagaan bencana, khususnya pada kelompok rentan seperti anak-anak. Langkah-langkah ini dapat memainkan peran vital dalam membentuk perilaku tanggap bencana yang optimal dan mengurangi risiko dampak negatif pada keluarga dan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline