Dalam sekuel 'Meninggalkan sebuah Ruang', sekar kedaton (Dewi Sekar Panjalu) merasa cemas dan cemburu karena pendekar remaja yang ditaksirnya Pinandihita tiba-tiba membantu menyelamatkan pendekar remaja rupawan yang mengenakan jubah. Pada akhirnya Pinandihita dibawa pergi oleh gurunya 'Pujangga Sakti' setelah diselamatkan dan diajari bagaimana menggunakan jurus 'Sastra Pena' untuk menghadapi pendekar yang lebih sakti. Kepergiannya telah meninggalkan sebuah ruang dalam batin Dewi Sekar Panjalu dan Pendekar remaja berjubah.
Di belahan negeri yang lain, pendekar sakti Bancali bersama muridnya yang masih remaja mengamuk dengan hebatnya di sebuah perkampungan penyamun. Bancali marah karena para penyamun itu tidak mau diajak bekerjasama menyerang ksatria penjaga hutan kerja bakti. Mereka, para penyamun lebih suka minum tuak oplosan yang lagi digandrungi belakangan ini oleh mereka, daripada bertarung dengan Ksatria Penjaga Hutan Kerja bakti, yang tidak pernah mereka kenal. Buat apa? kata mereka.
Siapakah Bancali?, semasa mudanya dia adalah bandit yang paling cantik dan sakti di jagat bumi antah berantah. Banyak sekali...., bahkan ribuan pendekar muda super tampan jatuh dalam kerlingan mata dan jurus saktinya. Namun, singkat cerita, akhirnya dia harus menderita. Seperti kisah seekor pungguk yang selama hidupnya selalu merindukan bulan. Karena kecantikan dan kesaktiannya tidak bisa meluruhkan hati Ksatria Penjaga Hutan Kerja Bakti.
Selengkapnya tentang pendekar sakti Bancali bisa dibaca di http://www.kompasiana.com/hasby.shiddiqie/bandit-cantik-nan-lihai-bancali_54f7c597a33311207e8b4aa0
Karena itulah, sampai saat ini dia mendendam dan berusaha dengan gigih melampiaskannya. Namun bukan perkara gampang bagi dirinya. Dia kalah digjaya dengan Ksatria penjaga hutan kerja bakti. Akhirnya, dia mulai mencari cara dengan menundukkan para penjahat di bumi antah berantah satu persatu untuk dijadikan kongsinya kelak dalam menghadapi ksatria penjaga hutan. Dia hanya berfikir, 'masak dengan dikeroyok musuhnya tidak akan kalah'.
Pertarungan berlangsung seru sekali. Bancali dan muridnya dikeroyok penyamun sekampung. Namanya saja bertarung di kampung penyamun. Yang mencolok adalah bagaimana cara Bancali menghabisi nyawa penyamun. Dia membunuh para penyamun seperti layaknya para penduduk kampung membunuh seekor nyamuk. Tiada rasa dosa hinggap di batinnya. Batinnya sudah buta dan mati. Sementara itu, murid remajanya, masih terlihat ragu, enggan dan tidak tega menghabisi lawan-lawannya.
'Rengganis..!, cepat kau tebaskan pedangmu ke leher penyamun itu', desak bancali ketika mengetahui muridnya terlihat ragu.
'Tapi guru, salah apa dia...?', keraguan Dewi rengganis menjawab.
'Jangan banyak cingcong......., tebaskan saja pedangmu', bentak bancali.
Namun batin Dewi Rengganis masih meragu. Sampai akhirnya Bancali mengerahkan tenaga dalamnya dan menggerakkan tangan Dewi Rengganis untuk menebas leher seorang penyamun. Tak teras batin Dewi Rengganis menangis pilu. Ingin rasanya dia lari dari gurunya, namun apa daya dia tidak pernah bisa.
Begitulah seterusnya, kejadian kejam itu terjadi. Dewi rengganis tidak kuasa menolah perintah gurunya.Dewi Rengganis yang awalnya tidak tega membunuh, pada akhirnya menjadi terbiasa membunuh. Sungguh, sebuah bentukan watak kejam yang dipaksakan di kalangan rimba hijau.