Lihat ke Halaman Asli

Sang Pelipur [Bingung]

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sambungan dari sekuel sebelumnya...:),

Sekuel sebelumnya menceritakan bagaimana prasangka buruk punggawa wasita membuat pikiran sehatnya tidur nyenyak bahkan pulas.

Punggawa wasita yang sedang terkesima dan dibuai mimpi indah prasangka buruknya, tiba-tiba dikagetkan oleh ketokan pintu kamar pribadinya yang dilakukan prajurit jaga.

'Mohon maaf Punggawa wasita......, Punggawa diminta menghadap ke balairung istana oleh sribaginda', kata prajurit jaga itu.

Punggawa wasita seketika itu terkesiap, kesima dan mimpi indahnya buyar seketika dan pikiran sehatnya kembali menguasi dirinya.

'Sampaikan pada utusan sri baginda, saya akan segera menghadap...', jawab punggawa wasita dari dalam bilik peraduannya.

Setelah mengenakan pakaian sepantasnya, berangkatlah dan sampailah ia di ruang pendopo istana. Disitu sudah menunggu sribaginda raja, patih nirwasita, panglima kebo sora dan begawan sokalima.

'Daulat gusti prabu, gerangan apa sahaya dipanggil kemari?', kata punggawa wasita sambil bersoja dgn suara yang dimerdu-merdukan.

'Kami sedang membicarakan sayembara perebutan dewi rempah wangi, bagiku tidaklah lengkap pertemuan ini tanpa kehadiranmu......', jawab sribaginda dengan santun.

Lamat-lama terdengar oleh prajurit jaga, merdu dan sumbang suara burung berkicau terjadi di dalam ruang pertemuan itu. Kadang kemerduan dan kesumbangan beradu jadi satu ditengah ruang pertemuan itu, namun sribaginda bisa menengahi.

Pertemuan itu tidak hanya diketahui oleh kalangan prajurit jaga saja, namun juga oleh para senopati pinilih negeri antah berantah termasuk senopati satria kembara. Dengan keberadaan punggawa wasita di ruang pertemuan, dia berpikir inilah saat yang tepat untuk mengambil sebuah dokumen rahasia yang berisi perjanjian antara punggawa wasita dan pangeran ural. Sebelum-sebelumya, dengan kesabaran tinggi dia selalu mengintai kediaman punggawa wasita, menunggu saat yang paling tepat untuk bertindak, melaksanakan tugas yang diberikan oleh patih nirwasita. Dengan cepat dia berkelebat menuju kediaman atau kamar pribadi punggawa wasita bersama dengan si ratu copet.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline