Lihat ke Halaman Asli

Apakah Ibu [Dewi] Pertiwi Berbicara?

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sekuel sebelumnya diceritakan, kebimbangan dan keletihan Prabu Radmila Sangkara terbayar lunas oleh cerita konyol atau dagelan Din Brodin. Kepusingan Panglima Kebosora dalam menentukan strategi perang terbuka dan juga kabar perang terbuka yang telah menyebar ke seluruh penjuru negeri antah berantah melebihi kecepatan Badai.

Bagaimana kabar Satria Gula Kelapa?, rasanya sudah terlalu lama kita meninggalkan tokoh protagonis yang satu ini. Setelah mempelajari dasar-dasar kanuragan tingkat tinggi, diapun meninggalkan hutan kerja bakti. Dasar kanuragan itu dibuat berdasarkan sifat elemen Tanah, Air, Api, Angin dan Kayu atau Logam. Kini, dia merasa kanuragannya telah meningkat dengan pesat.

Ditemuinya sahabatnya yaitu Satria Taruna Kalinda di serambi hutan kerja bakti. Dia memilih menunggu, meski peserta sayembara yang lain meninggalkan serambi hutan kerja bakti menuju Kotaraja. Dia begitu yakin, bahwa sahabatnya itu bisa menemui ksatria penjaga hutan kerja bakti.

Merekapun kemudian berkelebat menuju kotaraja Negeri antah berantah untuk mengikuti sayembara perebutan Dewi Rempah Wangi. Menyusul mereka yang gagal menemui Ksatria Penjaga Hutan Kerja Bakti. Siapa saja yang gagal menemui Ksatria Penjaga Hutan Kerja Bakti, pembaca yang budiman bisa membacanya di sekuel-sekuel sebelumnya.

Kabar mengenai perang terbuka inipun sampai ke Telinga mereka berdua. Merekapun dengan sukarela ingin membantu Negeri antah berantah. Kebetulan juga, tanpa sengaja mereka menemukan banyak selebaran berceceran di jalan-jalan. Isinya undangan bela negara dari pihak kerajaan. Undangan kepada seluruh patriot Negeri. Ini mungkin salah satu cara yang ditempuh oleh Panglima Kebosora untuk mensiasati kekurangan pasukan. Diambilnya beberapa lembar selebaran, kemudian ditaruh di dalam sakunya. Dia cuma berpikir, mungkin suatu saat ada manfaatnya.

Singkat cerita, di tengah perjalanan mereka mendengar denting suara tajam beradu. Setelah saling melirik, mereka berdua sepakat untuk menuju ke arah suara itu, untuk mencari tahu ada apa sebenarnya.

'Gula Kelapa, nampaknya itu tawuran atau pertarungan massal antar perguruan kanuragan', kata Taruna Kalinda.

Tebakan satria Taruna Kalinda memang benar adanya. Karena yang sedang bertawur itu melibatkan dua kelompok besar. Dari baju yang mereka pakai tertulis perguruan sakti Minyak Wangi dan Banyu Waskita (Air Sakti). Perguruan itu merupakan perguruan kanuragan sangat besar di Negeri antah berantah.

'Iya, Kalinda saya ada ide untuk membantu Negeri antah berantah, Dikau bantu saya melerai mereka...', jawab Satria Gula Kelapa tiba-tiba berkelebat ke tengah-tengah pertempuran. Dan dengan tenaga saktinya, dia bisa membelah tawuran itu menjadi dua bagian. Sekarang dia berada di tengah-tengah arena tawuran.

'Sodara-sodara sekalian..... !!!, bukan maksud saya yang bodoh ini untuk ikut campur. Jikalau sodara-sodara ingin memuaskan nafsu bertarung kalian, saya mempunyai waktu dan tempat yang lebih bagus, kalian bacalah selebaran ini...', kata Satria Gula Kelapa disertai dengan pengerahan tenaga dalamnya sambil mengirimkan masing-masing selebaran undangan bela negara dari Negeri antah berantah.

Hening sejenak suasana, setelah membaca selebaran itu. Seseorang yang mungkin pimpinan dari perguruan sakti Minyak Wangi membantah:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline