Siapa yang tidak kenal dengan Warkop DKI? Dono, Kasino dan Indro (DKI) adalah legenda besar dalam dunia perfilman Indonesia. Tahun lalu, dibuatlah sebuah film yang bisa dibilang reboot untuk mengangkat dan mengingat kembali sosok mereka ke masa perfilman sekarang. Film itu berjudul Warkop DKI : Jangkrik Boss - Part 1.
Sesuai prediksi banyak orang, film ini menjadi sangat boomingbahkan memecahkan rekor film terlaris sepanjang masa mengalahkan Ada Apa Dengan Cinta 2 dan Laskar Pelangi. Hal ini terjadi karena sebegitu besarnya kerinduan masyarakat khususnya generasi baby boomersakan lelucon konyol ala mereka.
Nah, tidak berhenti sampai disitu tahun ini Falcon Pictures kembali merilis Part ke-2 nya yang notabene melanjutkan film sebelumnya. Plotnya adalah tentang bagaimana Dono, Kasino, Indro plus Sophie melanjutkan petualangan mereka mencari harta karun di Malaysia. Seperti part sebelumnya, film yang kedua ini tetap berisi banyak pernak-pernik ala Warkop DKI jaman dulu.
Mulai dari guyonan callback kata-kata yang pernah menjadi judul-judul film DKI pada jaman bengen, kemudian juga ada comotan dari film-film jadul lain seperti filmnya si raja dangdut, Bang Rhoma Irama, aktor laga top Barry Prima, serta tak lupa tayangan tarian, syair, dan lelucon khas DKI.
Humor yang ditampilkan dalam film bener-bener ringan, seperti eksperimen yang aneh-aneh terhadap DKI di Laboratorium, dan terkadang ada juga yang sekaligus cerdas di beberapa titik saat di Pantai.
Kemampuan aktor Abimana sebagai Dono, Vino sebagai Kasino dan Tora sebagai Indro dalam menyampaikan ekspresi, penerapan gimmick, serta pemilihan diksi yang tepat (khususnya dialog kasino) menghasilkan tawa yang meledak diantara sekian banyak penonton dalam studio. Mengupas lebih lanjut soal komedi, bisa dibilang bahwa film ini menampilkan lawakan yang absurd sekaligus ''meta'' yang sama sekali tidak terduga.
Penonton mungkin akan merasakan hal yang sama saat membaca komik Kungfu Komang. Kita sadar bahwa jokes-nya bakal berbelok tapi kita tidak pernah menyangka kemana arah belokan dari jokes tersebut, ga ada rambu penunjuk arahnya sih, hehe...
Namun sayang sekali saking absurd-nya film ini, storyline-nya makin ke ujung makin terasa kurang kuat, ga nyambung dan terkesan pergi kemana-mana. Selain itu ada pula beberapa jokes receh yang termasuk ''blues'' (inappropriate, saru).
Selain itu, layaknya mesin yang kehabisan sumber tenaga, film part 2 ini seperti kekurangan bahan lelucon yang dapat dirasakan mulai dari bagian tengah ke akhir film. Hal tersebut membuat lubang kehampaan yang cukup dalam.
Durasi film juga terasa sangat singkat bahkan jika ditambah dengan behind the scene sekalipun. Filmnya terlihat sedikit maksa, sangat terlihat seperti sedang berusaha memperpanjang durasi tayangan. Jika berkaca pada part sebelumnya, bagian kedua ini terasa tidak lebih baik, bahkan bagi sebagian orang malah lebih jelek.
Kejadian serupa dari film komedi lain garapan sutradara yang sama, Anggy Umbara ini, yaitu Comic 8. Ya, mungkin sebaiknya film ini cukup dibuat satu part saja.