Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Pendidik Bahasa Arab, Siapa Takut!

Diperbarui: 3 Oktober 2019   12:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menjadi seorang pendidik bukanlah perkara yang mudah tapi juga bukan menjadi sebuah perkara yang susah. Dikatakan susah bisa jadi dikarenakan memang tidak mempunyai keinginan, minat dan bakat untuk menjadi seorang pendidik. Jika sudah tidak mempunyai keinginan, minta dan bakat maka seseorang akan sulit untuk terbiasa dalam melakukan sebuah pekerjaan. Sebaliknya, jika suatu pekerjaan sudah disertai keinginan yang kuat maka dapat dipastikan akan melakukan suatu pekerjaan dengan mudah.

Mendidik itu bukanlah suatu pekerjaan yang biasa saja, butuh ketelatenan yang cukup tinggi agar bisa dikatakan menjadi seorang pendidik. Karena proses untuk menjadi seorang pendidik harus melewati jangka waktu yang cukup panjang. Ada beberapa tahapan yang harus mampu di tempuh oleh para calon pendidik agar mereka bisa menjadi pendidik yang benar-benar kompeten dibidangnya.

Apalagi jika menjadi seorang pendidik bahasa Arab, selain harus mampu menguasai ilmu di bidang pendidikan, seorang pendidik bahasa Arab juga harus benar-benar menguasai bahasa Arab yang akan diajarkan kepada para muridnya. Pendidik juga harus menguasai banyak metode pembelajaran yang akan diterapkan di dalam kelas nantinya. Selain itu, pendidik juga harus mempunyai inovasi-inovasi dan kreasi-kreasi dalam metode pembelajaran yang mana dapat digunakan sewaktu-waktu jika metode pembelajaran yang telah dipersiapkan kurang efektif ketika akan diterapkan.

Banyak sekali tantangan yang harus dihadapi oleh pendidik bahasa Arab, salah satunya adalah tantangan para siswa yang tentunya mulai awal tidak menyukai pelajaran bahasa Arab. Mereka telah menganggap bahwasannya pelajaran bahasa Arab lebih sulit dari pelajaran matematika. Tantangan seperti inilah yang harus diatasi oleh para pendidik dengan meberikan motivasi demi motivasi kepada mereka.

Selain itu, juga terjadi sebuah ketimpangan antar siswa yang terjadi di dalam kelas, seperti ada beberapa siswa yang lulusan pondok pesantren yang tentunya lebih jago daripada siswa yang bukan lulusan pesantren. Dalam hal ini seorang pendidik harus mampu untuk menjadikan mereka menjadi satu-kesatuan agar kegiatan belajar-mengajar yang berlangsung di dalam dapat berjalan secara efektif dan kondusif. Sebenarnya masih banyak lagi tantangan yang harus dihadapi oleh para pendidik bahasa Arab namun hal tersebut bukanlah menjadi hal yang dapat menciutkan nyali kita untuk menjadi seorang pendidik bahasa Arab. Cukup sekian dari penulis dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline