Lihat ke Halaman Asli

Mencintaimu adalah Mencintai Masa Lalu

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Inilah yang tersisa dari masa lalu cintaku padamu:

Sebuah ruang kecil di relung hatiku, bersebelahan dengan ruang bagi adikku. Ruang itu bercat merah muda kesukaanmu. Lengkap dengan perabotan dan barang-barang milikmu. Tak lupa lampu tidur dengan kap dari kerang pemberian pamanmu itu. Juga setoples penuh origami warna-warni berbentuk bangau pemberianku di hari ultahmu dulu. Ruang yang tiap harinya kubersihkan, ku buka pintunya, berharap kau kan kembali. Ruang yang hanya teruntuk bagimu, tidak yang lain.

Seulas senyummu; di kala ku sapa engkau di lorong kampus, saat kau baca sms dari teman-teman lamamu, saat kau berpapasan dengan orang yang kau kenal. Atau saat kau pergoki aku curi-curi pandang menatap wajahmu.

Tawa renyah khas milikmu; saat kita sarapan di warung pojok stadion. kala kita memborong goreng molen. Di sepanjang jalan kita bersepeda mengelilingi kota. Saat ku pasang muka aneh. Saat kuceritakan masa kecilku. Saat ku tanyakan padamu, "Bunga, bunga apa yang paling cakep?" (jawabnya: bunga-bdul). Bagiku itu tak lucu dan norak, tapi tetap saja kau tertawa mendengar jawaban itu.

Binar matamu; kala kau pandangi gemintang di bukit itu. Saat ku tatap rupa ayumu lekat.

Hangat genggam jemarimu; kala kita menyebrang jalan. Saat kugandeng tanganmu kala menemanimu berbelanja.

Rengek manjamu; kala ku bercerita apa saja demi menemanimu sampai larut malam hingga kau tertidur sebab ada cicak atau kecoa di kamarmu.

Gambar-gambarmu, kisah konyolmu (terutama tentang "invisible man" itu), sandal jepit pemberianmu, curhatmu tentang cowok di masa lalumu, dan entah berapa banyak lagi yang harus kusebutkan. Semua-mua tentangmu.

Tak sanggup, lebih tepatnya tak berani ku mencintaimu kini.

Sebab jika itu terjadi, itu akan menyakitimu, menyakiti lelakimu. Dan terutama menyakiti diriku sendiri.
Namun, sungguh, rasa itu masih berlaku hingga kini. Pun semua ucapku padamu.

Bilamana esok kau tak lagi bersamanya

Senantiasa ku menunggu
Senantiasa ku merindu

Tepat sebulan dari lebaran esok
Semoga kau masih ingat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline