Setiap disiplin ilmu memiliki metode penelitian tersendiri, dengan metode penelitian menjadi rujukan bagaimana setiap disiplin ilmu melakukan prosedur penelitan. Dengan posedur penelitian yang dilakukannya, maka setiap disiplin ilmu bisa bertanggung jawab secara ilmiah. Adanya standar baku setiap disiplin ilmu dalam penelitan, maka informasi hasil penelitian yang dilakukannya dipastikan memiliki kebenaran pasti. Maka publik yang mengonsumssi hasil penelitian dipastikan memperoleh pengetahua yang benar dan menambah khasanah ke ilmuaan dalam masyarakat.
Penting sekali setiap disiplin ilmu dalam melakukan penelitian harus secara ketat menerapkan prosedur penelitan, artinya dalam proses penelitan dilakukan disiplin ilmu tertentu tidak mentoleransi adanya kesalahan-kesalahan. Kegiatan penelitian yang tidak mentoleransi terjadinya kesalahan-kadalahan dalam proses penelitan, maka hasil penelitannya menjadi akurat dan memiliki tingkat validasi tinggi.
Sebaliknya jika dalam proses penelitian bertoleransi terhadap kesalahan prosedur penelitian, dipastikan hasil penelitian menjadi bias dan tidak memiliki kadar ilmiah yang bagus. Sejarah sebagai salah satu disiplin ilmu sosial tentunya memiliki prosedur ilmiah dalam kegiatan penelitian. Adapun prosedur penelitan dalam ilmu sejarah terdiri dari beberapa tahapan: Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan Historigrafi.
Tahapan Heuristik.
Secara sederhana tahapan heuristik adalah tahapan penelitian sejarah untuk menemukan kembali adanya jejak dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau.Berdasarkan sifat darisumber sejarah yang kita hendak temukan maka dibagi menjadi dua: sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer merupakan data utama diperoleh langsung dari pelaku,saksi, maupun benda sejarah.Sumber primer bisa berasal dari kesaksian orang mengalami peristiwa ( menyaksikan, mendengarkan sendiri dari suatu peristiwa), dan sumber primer juga bisa berasal dari keterangan benda-benda sejarah (naskah, prasati, artefak, dokumen-dokumen, foto, bangunan, dan catatan harian ).
Sedangkan sumber sekunder merupakan sumber informasi yang tidak berasal dari saksi langsung atau pelaku sejarah atau sumber sekunder dihasilkan dari penafsiran dan pemahaman orang lain bukan pelaku sejarah atau saksi sejarah. Orang tersebut tidak mengalami secara langsung peristiwa sejarah tersebut.Adapun contoh sumber sekunder: film dokumenter, biografi, jurnal ilmiah, buku sejarah, enslikopedia sejarah.
Tahapan kritik
Adapun tahapan kritik biasa juga disebut "Verivikasi “ adalah tahapan untuk mempertanyakan kembali atau melakukan seleksi atas temuan dari peristiwa pada masa lampau adalah. Kegiatan menyeleksi temuan jejak peristiwa masa lampu tersebut, selanjutnya untuk disimpulkan apakah jejak peristiwa sejarah itu benar atau salah.Tahapan kritik ini dibagi dua : kritik ektern, dan kritik intern.Kritik ekstern adalah tahapan untuk memeriksa aspek-aspek fisik dan eksternal dari sumber sejarah untuk memastikan bahwa sumber tersebut benar-benar asli atau merupakan hasil pemalsuan atau manipulasi.
Sebagai contohnya seorang sejarawan yang menemukan sebuah surat kuno dari abad ke-18 akan memeriksa apakah kertas yang digunakan sesuai dengan bahan yang ada pada periode tersebut, apakah gaya penulisan dan tinta yang digunakan cocok dengan teknologi saat itu, serta memastikan bahwa tidak ada modifikasi atau pemalsuan yang dilakukan pada dokumen itu. Sedangkan kritik intern adalah tahap dalam penelitian sejarah yang bertujuan untuk mengevaluasi keabsahan isi dari sumber sejarah setelah melewati kritik ekstern. Sebagai contohnya Sejarawan sedang meneliti perang Diponegoro (1825-1830) melalui surat dari seorang pejabat kolonial Belanda yang terlibat langsung dalam perang tersebut.
Surat ini berisi laporan tentang jalannya pertempuran dan pendapat pribadi pejabat tersebut mengenai Pangeran Diponegoro. Untuk menganalisis kebenaran isi dari surat seorang pejabat kolonial terlibat dalam perang tersebut harus dipertanyanka: Apakah dia berada di lokasi pertempuran dan melihat peristiwa secara langsung? Jika pejabat ini hanya mendapatkan informasi dari orang lain (misalnya dari bawahannya), maka validitas kesaksiannya perlu dipertanyakan, daan membandingkan dengan sumber lain kan membandingkan informasi yang ada dalam surat itu dengan sumber-sumber lain yang mencatat peristiwa yang sama, seperti catatan militer Belanda, catatan orang-orang Jawa, atau laporan dari saksi lain. Jika ada perbedaan besar, sejarawan akan mengevaluasi mana yang lebih mungkin benar.
Tahapan Interpretasi