Raden Pabelan anak seorang Tumenggung Mayang dari kerajaan Pajang, dan sangat terkenal ketampanannya di seluruh wilayah Pajang. Di balik wajah yang sangat tampan juga membuat pusing kedua orang tuanya, perilaku R Pabelan sering menggoda anak-istri orang yang sudah bersuami. Kedua orang tuanya sering kali mendapat laporan perilaku Raden Pabelan, inilah yang menyebabkan perasaan malu kedua orang tuanya kepada masyarakat. Tumenggung Mayang sering kali memberikan nasihat kepada Raden Pabelan tapi, semua nasihatnya tidak dihiraukannya. Raden Pabelan terus melakukan perilaku yang membuat kedua orang tuanya malu dan semakin tersudut di masyarakat. Tidak ada perubahan atas sikap Raden Pabelan ini, membuat Tumengung Mayang berpikir keras bagaimana cara untuk menghentikan perilaku Raden Pabelan tersebut.
Tumenggung Mayang menantang kepada anaknya sambil berkata, "Jika kamu tidak mau beristeri dan mengganggu anak-isteri orang, jangan kepalang tanggung. Putri Sultan Pajang bernama Sekar Kedaton itu rayulah. Andaikata kamu mati karena itu, kamu akan menjadi pembicaraan yang baik. Jika berhasil berkat pertolongan Allah, dan putri Sultan menjadi isterimu, akan tersohor namamu. Tidak seperti perbuatanmu yang lalu, selalu menggangu anak- istri orang. Itu tidak baik, jika kamu menemui celaka karena perbuatnmu itu, orang akan mengatakan betapa nista hidupmu." Raden Pabelan berkata kepada bapaknya, "Saya tidak bisa merayu lagi pula putri Sekar Kedaton ada di dalam istana jadi sangat sulit untuk menjumpainya."
Tumenggung Mayang menjawab kesulitan yang akan dialami anaknya untuk menaklukan hati Putri Sekar Kedaton sambil berkata, "Biasanya perempuan suka bunga yang wangi-wangi, berikanlah bunga cempaka kepada Putri Sekar Kedaton melalui abdinya, biasaya perempuan sudah menerima bunga dari seseorang, akan merasa tidak enak untuk makan dan minum, akan selalu berpikir ingin bertemu siapa yang memberi bunga ini." Raden Pabelan membawa bunga cempaka dan ditempatkan dalam wadah kecil sekaligus diselipkan surat. Raden Pabelan bergegas menuju tempat Putri Sekar Kedaton dan melihat abdi keraton mau membeli bunga di pasar langsung dihampiri oleh Raden Pabelan sambil berkata: " ini bunga dari Raden Pabelan dan diberikan kepada Tuan Putri Sekar Kedaton."
Abdi keraton pulang ke tempat kediaman Putri Sekar kedaton, dan memberikan bunga cempaka kepada Putri Sekar kedaton, surat yang ada disamping bunga dibukanya dan segera dibaca isinya "Dari Pabelan ingin mengabdi kepada Kanjeng Ratu dari dunia sampai akherat."Kanjeng Ratu Sekar Kedaton sangat terperanjat setelah membaca surat tersebut dan sangat kasmaran ingin bertemu dengan Raden Pabelan yang sangat terkenal di Pajang karena ketampanannya. Putri Sekar Kedaton meminta kepada abdinya sambil berkata, " Tolong keluar temuilah kepada pemberi bunga dan surat ini katakan kepadanya nanti malam ditunggu Putri Sekar kedaton di keputren." Tidak lama kemudian abdi Putri Sekar Kedaton menemui Raden Pabelan dan menyampaikan pesan dari Kanjeng Ratu Sekar Kedaton tersebut. Ada perasaan bangga dan gembira yang sangat luar biasa pada diri Raden Pabelan, sekaligus juga bingung bagaimana cara masuk ke keputren yang sangat kuat dijaga pasukan Pajang.
Raden Pabelan menemui bapaknya "Tumenggung Mayang" sambil menjelaskan kesulitan yang untuk menemui Putri Sekar Kedaton mendengar masalah dihadapi anaknya, Tumenggung Mayang seorang pejabat di kerajaan Pajang tahu betul seluk beluk keamanan kerajaan Pajang dan membocorkan rahasia bagaimana bisa masuk ke Kaputren dan bisa lolos dari penjagaan pasukan Pajang. Raden Pabelan akhirnya berhasil masuk di keputren dan berjumpa dengan Putri Sekar Kedaton dan memadu kasih, pada malam berikutnya Raden Pabelan berupaya ingin keluar dari Keputren tidak bisa karena rapatnya penjagaan pasukan Pajang. Raden Pabelan bermalam di Kaputren selama delapan hari, selama satu minggu lebih para abdi dalam curiga Putri Sekar Kedaton tidak keluar kamar. Timbul inisiatif dari abdi dalam untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya dari Putri Sekar Kedaton tersebut, dalam waktu sangat cepat akhirnya memperoleh informasi tentang Putri Sekar Kedaton sedang memadukasih dengan Raden Pabelan. Abdi dalam memberitahukan keterangan tersebut kepada Sultan Pajang Hadiwijaya, dan responnya sangat marah sekalli atas perilaku Raden Pabelan yang tidak senonoh kepada putri kesayangannya.
Sultan Hadiwijaya memaggil pasukan pajang dipimpin Ngabewi Wira Kerti untuk membunuh orang yang berbuat tidak senonoh kepada Putri Sekar kedaton. Ngabehi Wira Kerti membawa pasukan berjumlah duapuluh orang menyerbu keputren dan melihat di kamar keputren Raden Pabelan dan Putri Sekar Kedaton lagi berpelukan dan tidak mau terlepas satu lainnya. Melihat kondisi seperti itu keduanya tidak mungkin menggunakan kekerasan kepada Raden Pabelan akan membahayakan juga keselamatan Sekar Putri Kedaton, maka Ngabehi Wira Kerti menggunakan cara dialog untuk memisahkan keduanya. Ngabehi Wirakerti berkata kepada Raden Pabelan, "Hai Raden Pabelan, datanglah kemari. Percayalah padaku. Ayahmu Tumenggung Mayang sudah terbuka tentang perbuatanmu. Untuk itu sekarang akulah yang menangung mati-matan hidupmu. Karena Sultan pajang sudah menaruh kepercayaan besar kepadaku, bahwa masalah di dalam keputren, kamu tahu sendiri, saya mohon kepada Sultan agar kamu dinikahkan secara resmi dengan Putri Sekar Kedaton. Ayo saya ajak sowan ke Sultan Pajang."
Mungkin sudah takdir ilahi, Raden Pabelan percaya atas perkataan Ngabehi Wira Kerti., sehingga mau melepaskan pelukan dengan Putri Sekar kedaton. Raden Pabeln mengikuti Ngabehi Wora kerti sampai dipelataran, tidak lama kemdian Raden Pabelan diserang pasukan pajang sehingga mengakamilukan yang sangat parah dan akhirnya tewas. Mayat raden Pabeklan dibuang ke Sungai Lawiyan.Tewasnya Raden Pabelan ini membuat goncangan batin dahsyat pada Putri Sekar Kedaton, dan tak mampu merasakan derita bathin yang dalam, terus membuncah hebat, raganya pun tak mampu menampung segala rasa penderitaan itu. Putri Sekar Kedaton mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Sang putri tewas dengan menceburkan diri ke sumur yang berada di kompleks taman keputren keraton. Sang putri melakukan "bela pati" atas nama janji yang harus dipegang teguh meski harus ditebus dengan mati.