Oposisi tidak boleh hidup di negeri ini katanya, karena oposisi ibarat benalu menghambat agenda agenda pemerintah.
Kita ini bangsa besar dan lebih besar dari Eropa barat, dan sangat kompleks problem dialami bangsa ini.
Hanya dengan kerjasama antar anak bangsa dan matikan oposisi, kita akan menjadi negara yang sukses di masa mendatang.
Oposisi itu dianggap tidak tahu diri hidup di negeri ini, sepak terjangnya kerapkali membuat pusing pengendali negeri.
Tepatkah dan benarkah, jika oposisi itu tidak boleh hidup dan dibenamkan di negeri ini, dalam negara yang katanya menganut demokrasi.
Demokrasi itu memberikan kebebasan memilih, apakah mau menjadi bagian pemerintah, atau menjadi pihak yang tidak bersama pemerintah.
Melarang keberadaan oposisi di negara demokrasi, itu merupakan pelecehan dan penodaan terhadap nilai nilai sakral demokrasi.
Hilangnya oposisi dalam alam demokrasi, apakah masih tepat disebut demokrasi di negeri ini, ataukah lebih pas disebut demokrasi yang dibelenggu.
Berbahaya dalam alam demokrasi, ketika oposisi dihilangkan, sama saja dengan membunuh tumbuh dan berkembangnya akal sehat.
Bisa dibayangkan jika akal sehat dibunuh dibenamkan di negeri ini, pasti kita memasuki alam ketumpulan berpikir, sehingga berakibat semakin rendahnya peradaban.
Semestinya penguasa yang cerdas itu bukan membunuh oposisi, tetapi oposisi diperbolehkan berkiprah, yang terpenting pengaruhnya dikendalikan dalam kehidupan berbangsa.