Menjadi Ojol bukan tujuan hidup, tetapi pengatnya kehidupan membuat tidak berdaya melakoni profesiyang tidak senafas dengan jiwaku.
Sudah kukirim tak terbilang lamaran kerja, namun sia-sia belaka dan hanya membuang-buang waktu tanpa harapan.
Ojol menjadi harapan nyata untuk menyambung kehidupan keluargaku, daripada masih bermimpi terus bekerja di kantor.
Pagi hari sudah berbegas membunyikan kuda besiku, menyisir jalan untuk meraih rijki untuk menyambung kehidupan.
Sudah berputar dan kulewati jalan berbeda, menunggu panggilan suara indah dari konsumen belum terdengar.
Kadang kuberhentikan kuda besiku sambil menunggu panggilan konsumen, ketika menunggu itulah membawaku antara harapan dan kecemasan .
Masih terbelenggu dalam kegelisahan bercampur ketidak pastian, menyatu dalam jiwaku saat lama menunggu menanti suara indah dering panggilan Konsumen
Riang hatiku dan hilang kesedihan saat telpon berdering panggilan dari konsumen, berbegas tanpa keraguan menjemput konsumen .
Bahagia bagiku saat mendengar ada panggilan konsumen, dan penderitaaku saat hilangnya panggilan dari konsumen.
Deru dijalan raya kujalani hari-hariku, harapan dan kecemasan selalu bersama-sama, dan aku tidak bisa memilihnya.
Apakah menjadi Ojol menjadi perjalan terakhir kehidupanku, hanya sang waktu dak takdir ilahi yang bisa menjawabnya.