[caption id="attachment_312819" align="aligncenter" width="448" caption="Foto diambil dari: www.rossrightangle.wordpress.com"][/caption] Tampaknya saya harus menyesal seumur hidup tahun ini. Apa pasal? Saya benar-benar tidak bisa ikut salat dhuhur berhadiah umrah, haji, dan yang paling menggiurkan adalah dapat Innova persembahan walikota Bengkulu, Helmi Hasan. Saya memang agak telat menulis tentang salat berhadiah Innova yang digagas walikota yang berasal dari Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut. Maunya saya menulis tentang ini seminggu lalu. Tetapi, karena alasan tertentu, maka baru bisa sekarang. Apa susahnya salat duhur tiap hari Rabu di masjid Akbar At-Taqwa yang letaknya beberapa meter dari rumah peninggalan Bung Karno di kota berjuluk Bumi Rafflesia itu. Asal tidak sakit atau ada halangan krusial, saya pastilah bisa salat dhuhur di masjid yang seluruh tubuhnya bercat putih itu. Sayangnya, lagi-lagi saya sungguh menyesal, bahwa saya hari ini tidak benar-benar berada di Bengkulu. Saya sudah sekitar satu tahun ini meninggalkan kota penuh kenangan itu dan sekarang saya sedang berada di Kota Bandung. Makanya, saat tahu dibuka pendaftaran untuk salat duhur berhadiah Innova berikut umrah dan haji sekitar dua minggu lalu, saya hanya geleng-geleng kepala sambil bilang, "Coba kalau aku di Bengkulu, aku mau jadi peserta/jamaah salat dhuhur demi dapat hadiah menggiurkan itu." Ide awal Helmi Hasan menggulirkan salat berhadiah Innova itu-seperti yang saya baca di media online yang ada di Bengkulu maupun media online nasional adalah karena adik kandung Zulkifli Hasan, Menteri Kehutanan, itu ingin menjadikan warganya masyarakat religius. Kalau begitu, artinya selama ini sang walikota berjanggut tebal itu menganggap warganya sangat tidak religius. Karenanya, barangkali ia berharap dengan adanya salat dhuhur berhadiah Innova miliknya dan sumbangan dari pihak lain tersebut dapat memotivasi warga lainnya untuk taat beribadah, utamanya salat. Beberapa kawan di kantor saya, bahkan ada yang mencibir ide walikota saya itu. "Ya jelas, yang salatnya dua kali di masjid itu bisa lebih berkualitas dibandingkan yang salat yang sampai 20 kali. Salatnya bukan untuk lillahi taala, tapi lil-Innova. Siapa yang bisa ngukur keikhlasan?" Kawan yang lain menimpali dengan, "Banyak cara cari popularitas. Cara walikota kamu itu memang unik, tapi membodohi, bukan memotivasi dengan cara yang tepat. Saya yakin, ide semacam ini hanya satu-satunya di dunia. Bahkan, Ridwan Kamil (walikota Bandung) mau nyontoh langkah Helmi Hasan itu." Teman satu lagi juga ikut bicara. Dia ini tampaknya kurang setuju dengan ide walikota memberikan hadih Innova bagi siapa saja yang tak pernah absen salat dhuhur di masjid akbar At-Tqwa selama kurang lebih 40 kali setiap hari Rabu itu. "Masalahnya, kenapa mesti salat dhuhur, coba salat subuh gitu, kan lebih menantang!" Saya senyum-senyum mesem saja mendengar pendapat beberapa kawan saya itu. Saya hanya bilang ke mereka, bahwa selama ini Bengkulu jauh dari sorotan media nasional, karenanya Bengkulu tak terkenal-terkenal amat bila dibandingkan dengan Palembang dan Lampung. "Selain Bengkulu terkenal karena kemarin menjadi tuan rumah peringatan Hari Pers Nasional, juga gubernurnya, Agusrin dicokok KPK karena ketiban korupsi. Nah, karena berita itu, Bengkulu ramai dibicarakan dan disorot media nasional, bahkan luar negeri. Pas ada salat berhadiah Innova yang digagas Helmi Hasan, Bengkulu kan kian melambung, Bro!" ucap saya sekenanya. Terlepas pro dan kontra pemberian hadiah Innova dan lain sebagainya kepada orang yang rajin salat dhuhur berjemaah di masjid akbar At-Taqwa setiap hari Rabu itu, saya, sih sebagai orang Bengkulu sebetulnya mendukung tidak, ikut menggugat juga tidak. Lantas? Saya hanya bersyukur, saya dan warga Kota Bengkulu punya walikota yang berani menelurkan gagasan yang tak pernah, bahkan belum dipikirkan oleh orang lain. Ide itu mahal ternyata, walau-ujung-ujungnya pastilah mendapat reaksi beragam: ada yang setuju ada pula yang mencibir. 100 buat seorang Helmi Hasan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H