[caption id="attachment_329467" align="aligncenter" width="448" caption="Ilustrasi diambil dari: www.http://indonesiaexplorer.net/"][/caption]
Bukan tidak mau menggunakan istilah asing, tetapi—kalau kata-kata dalam bahasa Indonesia masih memungkinkan bisa dimanfaatkan, dipraktikkan dalam kehidupan keseharian, kenapa tidak? Bukan pula saya benci dan tidak mau menguasai bahasa asing. Namun—rasanya, sebagai satu dari sekian pencinta bahasa di negeri ini—saya menolak menggunakan istilah asing, setidaknya untuk saat ini.
Saya tidak mau dikatakan mahir menggunakan bahasa asing, sementara berbicara bahasa Indonesia saja masih belum lurus, tak membuat orang mengerti. Saya berusaha ingin menguasai bahasa Indonesia lebih dahulu, baik lisan maupun tulisan, sebelum menguasai bahasa asing. Dengan istilah lain, nantilah bahasa asing!
Saya kira, kosa kata bahasa Indonesia begitu banyak, tetapi mengapa harus kosa kata asing yang didahulukan? Saya tidak mengerti—pun tidak bangga terhadap orang yang saya ajak ngobrol—mereka menyisipkan banyak istilah asing. Pun dalam beberapa tulisan. Saya tahu, itu kebanggaan bagi dia, tetapi tidak buat saya. Saya lebih bangga dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia, the one and only! Ceile.
Bukan saya tidak mengerti sisipan asing yang dia lontarkan, tetapi—sebaiknya dia paham, bahwa masih sejibun padanannya dalam bahasa kita, to? Disadari maupun tidak, kita sedang dan sudah dijajah bahasa asing yang—meminjam istilah Syahrini—begitu cetar membahana. Uniknya, Kalau saya tidak bisa bahasa asing, bahasa Inggris, misalnya—saya dianggap kuno, kampungan, ndeso, dan diserapahi tidak gaul dan keren.
Siapa melarang menguasai dan menggunakan bahasa asing? Tidak ada. Silakan itu dipelajari, karena pada dasarnya, bahasa yang berkembang di mana pun, itu milik Tuhan. Persoalannya, seberapa besar cinta kita terhadap bahasa Indonesia? Juga, seberapa menyesal lantaran kita lupa tak menggunakan istilah asing dalam tiap obrolan sesama kawan atau sebuah seminar—yang di dalamnya dihadiri penutur Indonesia?
Sekali lagi saya katakan, bukan saya ini anti bahasa asing. Tidak sama sekali. Sebab, kapan lagi kita mau memperlakukan bahasa Indonesia dengan bijak kalau tidak sekarang. Meminjam jargon Prabowo dalam tiap kampanyenya: Kalau tidak sekarang, kapan lagi. Kalau bukan kita, siapa lagi. Nah, tulisan ini pun, sungguh saya berusaha tidak mau gunakan istilah asing atau sesuatu yang saya sendiri tidak mengerti.
Kalau pun ada istilh asing di tulisan saya—itu hanyalah berangkat dari niat yang keliru, ”Ah, pake bahasa Inggris, dunk, Bro biar keliatan keren!” Padahal, siapa yang bilang saya ini keren kalau saya, misalnya, baik dalam tulisan maupun omongan di dalamnya berhamburan istilah asing/bahasa Inggris? Pengecualiannya, saya akan bicara bahasa asing kalau ketemu orang asing di negeri ini (itu pun kalau tak sengaja harus bercakap) dan saat saya berada di luar negeri.
Bahasa Indonesia, saya cinta kamu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H