Lihat ke Halaman Asli

Pengemis dan Spanduk Walikota

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seorang perempuan paruh baya duduk di tepi jalan sepi memangku seorang anak perempuan berumur sekitar lima tahun. Langkah mereka tercekat, tidak tahu harus pergi kemana lagi untuk mencari makan. Angin malam membelai tubuh, dan pakaian mereka yang lusuh.

Sebuah sedan hitam melaju perlahan di depan mereka hendak memberi sedikit rupiah. Namun ketika sedan hitam itu hendak berhenti, tiba-tiba sopir sedan hitam itu mengurungkan niatnya ketika membaca spanduk yang dibentangkan di atas perempuan paruh baya dan anaknya itu. Beberapa detik kemudian, sedan hitam itu pun pergi menghilang. Perempuan paruh baya itu mengerutkan kening, tidak mengerti dengan apa yang sedang menimpanya.

Ia menyadari bahwa penyakit buta huruf yang dideritanya selama bertahun-tahun mencegahnya memahami makna dari kalimat yang tercetak dalam spanduk itu. Namun dia sama sekali tidak menyadari bahwa sebuah spanduk bertuliskan "Berhenti Memberikan Uang Kepada Pengemis -- Sedekahkan Uang Kepada Yang Lebih Berhak" sedang memayungi tubuh dan nasibnya. Dan pada akhirnya pengemis itu hanya bisa bersikap pasrah, membiarkan angin malam menemani tidur dan mimpinya...

seperti biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline