Lihat ke Halaman Asli

Hasan Buche

Diam Bukan Pilihan

Sandyakala di Bibir Pantai

Diperbarui: 8 Oktober 2020   11:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto koleksi pribadi/Pantai Anyer

Puisi Hasan Buche:

Menyisir rambut waktu kusut berdebu
Dalam balut sendu jingga matahari senja
Angin menerbangkan helai-helai kenangan
Menyampirkannya pada dedahan rapuh
Derak patah pun membuyarkan burung-burung
Yang masyuk dalam cumbu
Setelah siangnya berlomba mengejar matahari; terbang
Meluruh daun kering
Jatuh ke peluk bumi

Menyusur hamparan ranum-rekah bibir pantai
Jejak pijak segera menghilang dijilat lidah air yang bekecipak
Kepiting-kepiting kecil lincah berlarian, lesap menyusup
Butir-butir pasir basah berbusa

Di kejauhan, perahu nelayan berayun-ayun dibuai alun
Di belakangnya, setengah lingkar piring tembaga
Beringsut meninggalkan bayang  

Cakrawala masih menyisa lukisan kelam
Sebelum layar malam diturunkan
Di selanya masih terdengar hela nafas berat dan dalam
Meningkah debur ombak yang membentur karang

Sesosok siluet bermantel sunyi
Bergeming sendirian menatap laut, menunggu
Entah....

Tangerang, 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline