Lihat ke Halaman Asli

Review Buku "Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam" Karya Dr. H.M. Zainuddin, M.A.

Diperbarui: 16 Maret 2020   07:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Halo semuanya! Pada postingan kali ini saya akan mengulas mengenai buku filsafat yang berjudul "Filsafat Ilmu Perpektif Pemikiran Islam" karya Dr. H.M. Zainuddin, MA. Buku ini memiliki lima bab. Terdapat pendahuluan pada bab pertamanya. 

Bab kedua membahas mengenai sekolas tentang filsafat ilmu. Kemudian yang ketiga membahas tentang filsafat ilmu dalam Islam. Sedangkan pada bab empatnya membahas tradisi keilmuan Islam tentang revitalisasi ilmu dan tanggung jawab ilmuwan muslim. Dan yang terakhir yakni bab limanya yang berisi penutup. Buku ini diterbitkan oleh dua penerbit, yakni UIN Press dan Naila Pustaka.

Pada bab pendahuluan, secara umum penulis menuliskan pendapatnya mengenai pengertian manusia. Menurutnya, manusia adalah makhluk yang mukallaf yang dibebani kewajiban dan tanggung jawab. Manusia dapat menggunakan akal dan pikirannya untuk menciptakan kreasi spektakuler berupa sains dan teknologi. Penulis juga mengartikan bahwa manusia merupakan makhluk yang dapat berbicara dan makhluk yang memiliki nilai luhur atau dapat disebut sebagai al-kain al-natiq. Tidak hanya itu, penulis juga menyertakan pengertian manusia menurut seorang ahli, yakni Al-'Aqqad. 

Dari beberapa pengertian yang ditulis pada buku ini dapat disimpulkan bahwa manusia dapat dikatakan sebagai "pencipta kedua" setelah Tuhan. Mengapa demikian? Karena manusia dianugerahi rasio oleh Tuhan yang mampu menciptakan kreasi berupa sains dan teknologi. Sementara makhluk Allah yang lain tidak diberi kemampuan tersebut oleh Tuhan. 

Kelebihan inilah yang menjadikan manusia lebih unggul dari ciptaan-Nya yang lain. Selanjutnya penulis memaparkan relasi antara diciptakannya alam semesta beserta kejadian alamiah setelahnya. Namun seperti yang tetera pada judul, segala yang dibahas selalu dikaitkan dengan pemikiran Islam. Beberapa hadis dan kutipan ayar suci Al-Quran kerap dipaparkan dalam setiap penjelasannya. Tidak hanya itu, pada bab ini dijelaskan pula secara singkat mengenai sejarah keilmuan Islam.

Menurut paradigma Barat, agama dan ilmu tidak bisa bertemu dan bersatu. Dari segi metode, ilmu diperoleh melalui indrawi atau penglihatan dan pembuktian atau verifikasi yang berdasarkan eksperimen atau pengalaman. Sedangkan agama diperoleh dari keyakinan atau iman dan wahyu yang dibawa oleh Rasul. Tetapi pendapat ini ditepis oleh pemahaman Islam. Dalam pemikiran islam antara ilmu dan agama tidak dapat dipisahkan karena pada dasarnya hal itu memiliki tujuan yang sama yakni mensejahterakan manusia di dunia maupun akhirat. Maka dari itu Islam menilai keduanya dapat berjalan secara beriringan.

Islam sendiri memiliki torehan sejarah bertinta emas ketika mulai mencapai masa jayanya yakni pada abad ke-8 hingga ke-12 Masehi. Islam memimpin dunia dengan ilmu dan filsafat yang mereka tekuni dengan baik terutama pada ilmu murni. Pada abad ini banyak tokoh Islam yang muncul, aktif, dan handal seperti Al Kindi, Al Khawarizmi, Al Razi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al Ghazali dan lain-lain beberapa ilmuwan barat kemudian menyerap ilmu mu yang dipelajari oleh tokoh-tokoh ilmuwan Islam sebelumnya. 

Dalam perspektif Islam filsafat merupakan upaya untuk menjelaskan cara Allah menyampaikan kebenaran dengan bahasa pemikiran yang rasional. Kemudian buku ini akan membahas mengenai teori dan konsep kedudukan dan fungsi strategi pengembangannya dan tanggung jawab ilmuwan muslim terhadap ilmu dan teknologi.

Memasuki bab 2 pada buku ini berjudul sekilas tentang filsafat ilmu. Pada awal bab ini menjelaskan tentang tradisi keilmuan Barat yang berawal dari munculnya cikal bakal Ilmu Filsafat pada zaman Yunani kuno. Mitos-mitos atau mitologi mulai digantikan dengan logos atau ilmu. Setelah mitos ternyata tidak dapat menjawab permasalahan yang mereka hadapi pada zaman ini, lahir beberapa filsuf yang berpengaruh seperti Thales, Socrates, Plato, dan Aristoteles. 

Pada abad ke-18 filsafat ilmu pengetahuan muncul dan dari sinilah muncul teori empirisme milik John Locke, teori rasionalisme milik Rene Descartes, teori kritisisme milik Immanuel Kant, teori positivisme milik Auguste Comte dan lain sebagainya. Beberapa objek kajian filsafat ilmu mu di antaranya adalah ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi merupakan pertanyaan yang menjadi objek penafsiran tentang hakikat realitas atau metafisika. Epistemologi merupakan penyelidikan tentang asal muasal, metode, dan sahnya sebuah ilmu pengetahuan. 

Beberapa sarana yang digunakan yakni secara akal, pengalaman, budi, intuisi, dan lain sebagainya. Aksiologi merupakan penyelidikan hakikat nilai dari sudut pandang kefilsafatan. Pada dasarnya, ilmu dipergunakan secara komunal atau menjadi hak milik bersama dan digunakan secara universal atau memandang keseluruhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline