Lihat ke Halaman Asli

Obat Malas Dosis Tinggi for Millenial Edition, Buku Untukmu yang Sedang Malas Dalam Hal Apapun

Diperbarui: 1 Desember 2024   21:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Apakah kamu sedang malas? Malas bekerja, malas beribadah, malas berolahraga, atau bahkan malas untuk melakukan aktivitas apapun. Kepinginnya cuma rebahan, scroll media sosial, nonton YouTube atau Netflix. Jika iya, berarti sama dengan saya, hahaha....

Akhir-akhir ini saya sedang malas untuk melakukan hal apapun. Ketika pulang kerja, rasanya hanya kepingin untuk menghabiskan waktu di atas kasur. Melakukan hal-hal yang tidak produktif. Begitu pula ketika sedang akhir pekan. Sama saja.

Rasa malas yang saya alami, dan mungkin kamu juga alami, barangkali disebabkan oleh rutinitas pekerjaan yang melelahkan, bosan, tidak memiliki tujuan hidup yang jelas, tidak memilki cita-cita yang hendak dicapai, atau sedang banyak melakukan maksiat dan jauh dari Tuhan.

Saya menghabiskan akhir pekan ini dengan berdiam diri di kamar, scroll sosial media yang nggak jelas, nonton YouTube yang seringnya nggak jelas, dan mungkin satu hal yang cukup baik adalah membaca buku. Akhir pekan ini saya menyelesaikan novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori. Saya tidak beranjak dari kasur selain untuk mandi, makan, dan salat. Kegiatan bersepeda yang sudah saya rencanakan pun buyar seketika.

Akibat kemalasan itu, saya teringat bahwa di rak buku saya ada dua buku karya Khalifa Bisma Sanjaya. Kedua buku tersebut memiliki judul yang sama, yaitu Obat Malas Dosis Tinggi. Bedanya, untuk buku pertama bersampul hijau dengan tambahan keterangan berupa "Resep Spesial untuk Mengatasi Penyakit Malasmu". Sementara buku kedua yang sedang saya baca saat ini bersampul biru dengan keterangan berupa "Resep Spesial agar Milenial Lebih Produktif, Berdaya, dan Berkarya."

Buku pertama saya sudah membacanya separuh, namun kali ini saya tertarik untuk membaca buku kedua. Malam ini, saya baru membaca dua bab dari total dua puluh bab, namun rasanya dua bab tersebut sudah menampar saya begitu telak. Dan saya ingin berbagi tamparan ini kepada kamu yang juga sedang malas. Jika kamu ikut tertampar, dan tertarik untuk membaca buku tersebut, maka saya akan merasa senang, hahaha.....

Bab pertama berjudul "Wahai Dewa Listrik-Dewa Petir, Jangan Tinggalkan Aku." Bab tersebut menceritakan pengalaman penulis yang menghabiskan waktu selama tiga tahun untuk mengajar ngaji di Pulau Air yang terletak di Batam. Penulis menceritakan kehidupan di pulau tersebut yang tidak memiliki listrik, yang otomatis juga tidak ada teve dan gadget.

Bayangkan kamu yang tiap hari memegang gadget dan tiba-tiba sehari saja tidak memegang benda tersebut, mungkin kamu akan merasakan depresi sebab tidak terbiasa. Namun, berbeda dengan warga di pulau tersebut. Mereka terbiasa hidup tanpa listrik. Kehidupan mereka tetap berjalan normal. Bahkan barangkali lebih disiplin dibandingkan dengan kita. Semua aktif dengan pekerjaan mereka di luar rumah. Mencari ikan di laut, bermain bola, bergurau dengan sanak famili, mengaji di masjid, dan ketika malam tidak ada yang begadang. Semua warga beristirahat di rumah masing-masing.

Saya tak menyalahkan listrik, gadget, atau internet. Bukan itu yang membuat kita malas, namun bagaimana agar kita bisa menggunakan teknologi tersebut untuk kebaikan, bukannya membuat kita semakin malas. Karena sejatinya kehadiran teknologi adalah untuk memudahkan kita dalam menyelesaikan pekerjaan, bukan membuat kita malas.

Bab kedua berjudul "Presiden Paling Malas di Dunia (?). Dalam bab ini, penulis menjelaskan jika kita semua adalah pemimpin. Tidak mesti harus menjadi presiden terlebih dahulu untuk dikatakan bahwa ia adalah seorang pemimpin. Paling tidak, kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri. Jika kamu seorang kepala keluarga, berarti kamu juga pemimpin keluarga. Jika kamu adalah ketua RT, maka kamu adalah pemimpin bagi warga di RT kamu.

Dalam bab ini, penulis menjelaskan bahwa pemimpin tidak boleh malas. Pemimpin setidaknya memiliki 15 karakteristik berikut agar bisa dikatakan sebagai pemimpin yang baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline