Pasca pandemi mulai mereda masyarakat kembali beraktivitas di luar rumah, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan kendaraan pribadi semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan kualitas udara semakin memburuk karena polusi yang dihasilkan. Dampaknya berbagai penyakit seperti gangguan pernapasan, iritasi mata, dan yang lebih berbahaya lagi dapat merusak lapisan ozon.
Pemukiman yang ada di kelurahan Setianagara cenderung memiliki kepadatan hunian yang tinggi dan banyaknya berbagai lembaga pendidikan. Berdasarkan hal ini diperlukan edukasi mengenai pencemaran udara dilingkungan sekolah.
Berangkat dari permasalahan tersebut, kami mahasiswa KKN UPI Tasikmalaya berinisiatif untuk mengadakan edukasi terkait pencemaran udara yang berfokus pada siswa/i kelas IV SDN Condong kelurahan Setianagara. Program ini dilaksanakan melalui percobaan sederhana simulasi pencemaran udara pada hari Jumat (29/07).
Komponen-komponen yang digunakan dalam percobaan ini adalah serangga, obat nyamuk bakar, air, toples dan plastik. Dalam percobaan ini kami mengibaratkan serangga seperti belalang dan capung untuk mewakili objek makhluk hidup yang ada di bumi.
Sedangkan asap dari pembakaran obat nyamuk sebagai bentuk dari pencemaran udara. Penggunaan toples diibaratkan sebagai bumi dan plastik menjadi lapisan ozon. Keberadaan air membuktikan bahwa polusi udara tidak hanya berdampak pada pencamaran udara saja tetapi juga berdampak pada pencemaran air.
Melalui program kerja ini, diharapkan siswa/i sadar akan pentingnya menjaga kualitas udara baik itu di rumahnya sendiri, sekolah maupun di lingkungan sekitarnya. Siswa/i juga bisa berkontribusi dalam mengurangi pencemaran udara yang sudah terjadi saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H