Lihat ke Halaman Asli

Hasan Komarudin

Penulis Gabut

Korupsinya Seorang Penulis

Diperbarui: 9 Januari 2024   17:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok/prib

Sebuah langkah perlahan membuka pintu gerbang kehidupan seorang penulis, memberi kita pandangan mendalam ke dalam dunia yang terkadang kelam. Pada pandangan pertama, kisah-kisah yang ditorehkan di atas kertas menjadi pencerminan jiwa, namun di balik tirai kata-kata, ada bayangan gelap yang merayap perlahan.

Seorang penulis, yang seharusnya menjadi pahlawan dalam menceritakan kisah keadilan, terkadang terjebak dalam kebusukan korupsi. Menjelajahi dunia kata-kata, dia bersembunyi di balik kalimat-kalimat yang indah, namun perlahan-lahan mengorbankan integritasnya.

Korupsi seorang penulis tidak selalu terlihat dalam bentuk uang, tetapi dalam distorsi fakta dan manipulasi cerita untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Pernahkah kita berpikir bahwa di balik kata-kata yang mengalir seperti sungai, ada kepentingan tersembunyi yang menggerakkan pena tersebut?

Dalam perjalanan kegelapan korupsi penulis, kita menyaksikan bagaimana mereka terperangkap dalam jaring laba-laba kekuasaan. Mereka bisa saja memilih untuk membeberkan kebenaran, namun seringkali kecenderungan untuk mempertahankan posisi dan ketenaran menghentikan langkah-langkah mereka.

Pertanyaan mendasar muncul: Apakah kekuasaan penulis seharusnya digunakan untuk membuka mata masyarakat ataukah untuk menyelamatkan diri sendiri? Apakah kisah-kisah yang mereka ceritakan adalah refleksi jujur dari realitas atau sekadar manipulasi cerdas untuk memenuhi agenda tertentu?

Ketika kita membaca karya-karya penulis, kita dihadapkan pada dilema moral. Apakah kita hanya menjadi penikmat kata-kata indah, atau seharusnya kita juga menjadi pengkritik yang bijak terhadap kemungkinan adanya agenda tersembunyi di balik setiap kalimat?

Diclaimer... 

Dalam menyusun narasi ini, bukanlah untuk mencoreng nama baik seluruh penulis. Ada banyak penulis yang tetap memegang teguh nilai-nilai kejujuran dan integritas dalam karyanya. Namun, dengan menyadari bahwa korupsi bisa merayap ke segala lapisan masyarakat, termasuk dunia tulis-menulis, kita diingatkan untuk tetap waspada dan kritis terhadap apa yang kita konsumsi.

Seorang penulis seharusnya bukan hanya seorang pencerita kisah, tetapi juga penjaga kebenaran. Dalam menggali makna dari setiap kata, kita sebagai pembaca memiliki tanggung jawab untuk memilah informasi dan bersikap kritis terhadap narasi yang disajikan. Hanya dengan demikian kita dapat membebaskan diri dari bayangan korupsi seorang penulis dan menyongsong kebenaran yang murni dalam setiap karya sastra.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline