Lihat ke Halaman Asli

Apa Guna Pelangi di Pasar?

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sore hari akhir Juni 2010 di atas pasar Comal Jawa Tengah membentang pelangi melengkung sempurna seusai hujan seharian.. Bukan main indahnya jembatan bidadari itu. Aku dan anakku yang sedang di pelataran pasar, menikmati dengan takjub lukisan agung yang sangat jarang memperlihatkan diri beberapa tahun terakhir.

Anakku berteriak - teriak dengan semangat seperti mengajak orang ramai untuk bersama - sama menikmati pelangi itu. Tapi para pedagang, calon pembeli, tukang ojek, tukang becak, satpam, sopir angkutan dan yang lain hanya menengok ke langit sekilas dan tidak peduli.

Aku heran mengapa mereka tidak mau dan tidak mampu menikmati keindahan warna di langit itu barang beberapa jenak? Ya, tentu saja mereka sibuk. Tidak ada waktu walau hanya beberapa detik untuk berpaling dari urusan mereka. Kerja, kerja dan kerja. Antara memupuk kekayaan dan ketakutan pada kebangkrutan.

Pelangi di atas itu tidak lebih menghibur dari pada sinetron dan lawakan di televisi yang dapat dinikmati malam hari selepas kerja. Pelangi itu tidak lebih indah dari pada adegan artis cantik dan ganteng di ponsel. Pelangi Ciptaan Tuhan itu biasa - biasa saja.

Pendapat bahwa pelangi itu lukisan terindah hanya kata anak kecil. Mungkin hanya meniru dari sebuah lagu kanak - kanak yang sudah usang. Banyak sesuatu yang lebih indah dan lebih penting dari sekedar pelangi. Pelangi itu menjenuhkan.

Tekanan bergelut dengan urusan bisnis dan pekerjaan menciptakan manusia - manusia yang tidak mampu menikmati pesona pelangi. Sungguh beruntung manusia - manusia seperti anakku atau aku ( ? ).

Ironis, di atas pasar membentang pelangi nan indah tapi di bawahnya kerumunan orang - orang depresi. Seharusnya pelangi itu tidak muncul di atas Pasar, tapi di mana?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline