Lihat ke Halaman Asli

Haryo WB

Sinau Bareng

Ketika Profesor Dituding Sebar Hoax

Diperbarui: 17 Desember 2021   10:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Henry Subiakto Dianggap Penyebar Hoax oleh Netizen, Muncul Tagar TangkapProfesorHoax di Twitter, (Ilustrasi: pikiranrakyat.com)

Layanan jejaring sosial dan mikroblog daring yang memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan berbasis teks hingga 280 karakter yang dikenal dengan sebutan kicauan sedang ramai dengan tagar 'Tangkap Prof Hoax' yang mana tertuju pada Prof. Dr. Drs. Henry Subiakto, S.H., M.Si., Ia seorang professor, pengajar atau dosen di Universitas Airlangga Surabaya, pakar di bidang Ilmu Komunikasi Politik. Pada tanggal 30 April 2016, Prof. Dr. Drs. Henry Subiakto, S.H., M.Si., dikukuhkan sebagai guru besar untuk bidang Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Disaksikan oleh (saat itu) Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara. Di pengukuhan guru besar tersebut, Prof. Dr. Drs. Henry Subiakto, S.H., M.Si., membacakan orasi ilmiahnya yang berjudul "Transformasi Teknologi Komunikasi Digital terhadap Perubahan Sosial sebagai Persoalan Aktual". Penelitiannya menjelaskan bahwa realitas teknologi informasi dan komunikasi melahirkan Over The Top (OTT) yang menguasai bisnis komunikasi.

Warganet menuding Henry Subiakto telah menyebarkan berita bohong. Salah satu yang paling disorot warganet yaitu kicauan Henri Subiakto soal gambar seorang anak perempuan yang ia sebut sebagai korban perang saudara di Irak. 

Aktivis demokrasi, Nicho Silalahi merasa heran dengan Henry Subiakto sebagai pakar komunikasi di Kementerian Informasi dan Komunikasi tetapi gemar sebar hoaks. 

Saya tertarik dengan kalimat Nicho Silalahi, "Apa anda sedang bereksperimen." Hal ini mengingatkan nama Alan Sokal. Pada edisi ke-46/47 Spring-Summer 1996, Social Text, jurnal ternama di Amerika Serikat, mempublikasikan paper berjudul Transgressing the Boundaries: Towards a Transformative Hermeneutics of Quantum Gravity. Paper sepanjang 39 halaman itu ditulis Alan Sokal, seorang profesor fisika di New York University dan profesor matematika di University College London. Tanpa disangka, beberapa minggu kemudian, tepatnya pada 15 April 1996, dalam esai berjudul Physicist Experiments with Cultural Studies yang terbit di jurnal Lingua Franca, Alan Sokal membeberkan bahwa papernya yang tayang di Social Text hanyalah parodi untuk mengejek para pemikir posmodern. Dengan kata lain, paper itu adalah hoax.

Apa yang dilakukan Alan Sokal dan Henry Subiakto memang berbeda tujuan. Dan warganet banyak yang mendesak polisi agar segera menangkap Henry ihwal tudingan penyebaran hoax.

Saya mencoba menelusuri bahwa foto yang diunggah Profesor Henry Subiakto adalah foto milik seniman dan fotografer asal Iran yang bernama Bahareh Bisheh. Foto itu dia unggah di akun instagramnya pada 18 Juni 2015, dan foto tersebut pertama kali diunggah oleh Bisheh di situs stok foto Flickr pada 15 Juli 2012. Foto tersebut diberi keterangan "I Have a Mother... photo By: Baharer bisheh from iran". 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline