'Ada banyak orang yang saya kagumi. Lincoln Steffens. Saya mencermati sejarah yang dilakukan Steffens dan kolega-koleganya di awal abad ke-20. Dan kemudian ada (perang) Vietnam di sana, sebelum Watergate. Saya bertugas di Angkatan Laut pada tahun 1965 hingga 1970, dan memperhatikannya dari jarak dekat, membaca reportase tentang peristiwa-peristiwa besar itu. Tentu saja, ada pula buku David Halberstam...' Demikian Bob Woodward, dalam Special Report: Investigative Journalism; The Investigators: Staying in on Target; Role Models, interview with Neil Hickey, Columbia Journalisme Review.
Saya pun memutar film All the President's Men, tahun 1976. Sebuah kisah nyata perjuangan dua orang wartawan The Washington Post, Bob Woodward dan Carl Bernstein, yang membongkar keterkaitan presiden Amerika dari kubu Republik, Richard Nixon, dengan upaya penyadapan yang dilakukan di kantor Partai Demokrat, saingan politiknya.
Selama ini berkembang mitos bahwa jurnalisme investigasi adalah pekerjaan jurnalistik yang teramat sulit dan berbahaya. Benarkah? Apakah jurnalisme investigasi mampu menjadi solusi dalam konflik yang sedang terjadi?
Alkisah, ketika Perang Teluk dinyatakan selesai, project the war on teror dimulai. Indonesia menjadi penting sebagai bagian penting dari cerita global, karena keterlibatan pejuang Indonesia dalam perang Afghanistan sejak tahun 1980-an khususnya di tahun 1984 cukup signifikan. Dari catatan saya, dikatakan ribuan tak teramat salah, tapi juga tak benar-benar akurat, warga asal Indonesia yang tidak benar-benar terjun dalam peperangan mengusir Rusia, namun mereka sudah mempelajari banyak hal dari pelatihan perang dan pengenalan senjata yang sangat baik. Warga negara asal Indonesia terus mengalir dalam sejumlah konflik di Timur Tengah adalah pemahaman politik global dan permainan intelijen internasional yang merancang perencanaan dalam skala global dengan tujuan yang tidak dipahami oleh kebanyakan dari mereka.
Catatan itu coba menyidiknya dari asal kata Latin. Reporting berasal dari kata reportare, yang berarti 'membawa pulang sesuatu dari tempat lain'. Apabila dikaitkan ke dalam dunia jurnalisme, hal itu menjelaskan seorang wartawan yang membawa laporan kejadian dari sebuah tempat di mana telah terjadi sesuatu. Sementara investigative berasal dari kata Latin vestigatum, yang berarti 'jejak kaki'. Pada sisi ini, hal itu menyiratkan pelbagai bukti yang telah menjadi suatu fakta, berbentuk data dan keterangan, dari sebuah peristiwa.
Saat itu, perang melawan teror sedang mengalami metamorfosa. Inflitrasi yang sudah sedemikian dalam dan kemudian melahirkan semacam deklarasi jihad lalu dirangkai sedemikian rupa mencakup kawasan di Asia Tenggara. Tidaklah mengherankan bila justru para ahli politik internasional asal Amerika Serikat kemudian mengklaim diri sebagai ahli atau pengamat terorisme mampu melakukan pemetaan gerakan terorisme Asia Tenggara.
Gerakan Jihad di Asia Tenggara terinspirasi oleh kondisi labil beberapa negara pasca krisis ekonomi. Adanya high expectation bahwa Indonesia akan benar-benar hancur dengan skenario Bosnia melalui perang antar etnis dan agama yang pernah dihembuskan puluhan kali di berbagai wilayah dengan potensi konflik yang tinggi. Permainan bisa berlangsung berkat operator yang telah masuk ke dalam unit-unit yang diperlukan untuk provokasi.
Bila digabungkan, reportase investigatif, secara harfiah, mengartikan membawa pulang jejak kaki dari tempat lain. Dalam kegiatan pers, hal itu bisa mengkonotasikan pelbagai bukti, yang dapat dijadikan fakta, bagi upaya menjelaskan adanya kesalahan atau pelanggaran atau kejahatan yang telah dilakukan oleh seseorang atau pihak-pihak tertentu. Reportase investigasi merupakan kegiatan peliputan yang mencari, menemukan, dan menyampaikan fakta-fakta pelanggaran, kesalahan, atau kejadian yang merugikan kepentingan umum atau masyarakat.
Setelah gerakan terorisme Indonesia melalui berbagai label, merk, dan berkamuflase ke berbagai lini terus bergulir pasca Bom Bali I. Kesigapan aparat keamanan melakukan operasi-operasi dengan prestasi yang sangat signifikan. Sementara, di sisi lain pelaksana operasi baik intelijen maupun anggota Densus 88 harus menanggung resiko tinggi, yang difitnahkan sebagian pihak, dan tuntutan Anggota DPR RI Fraksi Partai Gerindra Fadli Zon yang mendesak agar Densus 88 dibubarkan.