Lihat ke Halaman Asli

Haryo WB

Sinau Bareng

Teori Konspirasi dan Makam Illuminati di Cirebon

Diperbarui: 8 Desember 2021   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

JEJAK ILLUMINATI: Warga menunjukkan makam Belanda yang berada di Kawasan Pabrik Gula Gempol, Palimanan, Kabupaten Cirebon. Foto: Dian AS

Ada sesuatu yang menyebar sama cepatnya dengan virus di masa pandemi ini. Ia adalah teori konspirasi. Kepercayaan terhadap konspirasi merupakan kecenderungan yang manusiawi. Setiap zaman memiliki teori konspirasinya. Setiap masyarakat dan kelompok memiliki juru bicaranya. Hanya saja, hari-hari ini kepercayaan semacam ini tak lagi sekadar menjengkelkan. Sebelumnya, kita bisa mengesampingkan mereka yang sedikit-sedikit mengira ada kongkalikong elite global di balik kesuraman hidup mereka.

Mengapa masih ada orang yang percaya teori konspirasi?

Menurut sebuah penelitian dalam jurnal Current Directions in Psychological Science, alasan-alasan tersebut dapat dirangkum menjadi tiga motif berikut:

  1. Keinginan untuk paham dan mengetahui secara pasti. Manusia secara alamiah ingin memahami penjelasan dari suatu hal atau peristiwa. Namun, orang cenderung mencari jawaban yang cepat, bukan jawaban dari penelitian ilmiah yang sulit dicerna dan bisa berubah bila ada penelitian baru. Jawaban cepat itu belum tentu benar, tapi memberikan rasa nyaman dan kesannya sangat menyeluruh.
  2. Keinginan untuk memegang kendali dan merasa aman. Selain senang bertanya, manusia juga senang memegang kendali atas hidupnya. Inilah yang membuat Anda merasa aman, stabil, dan tenang menjalani kehidupan sehari-hari. Pada kasus ini, kendali yang Anda cari berbentuk informasi. Teori konspirasi membuat orang-orang yang memercayainya merasa aman dan punya kendali. Fenomena ini biasanya lebih kentara ketika teori konspirasi tersebut berkaitan dengan hal-hal yang mengancam kesejahteraan diri.
  3. Keinginan untuk terlihat positif.  Penelitian menunjukkan bahwa orang yang merasa terpinggirkan atau tidak dianggap cenderung percaya pada teori konspirasi. Ini disebabkan karena mereka ingin memiliki peran dalam masyarakat dan ingin terlihat positif bagi orang lain.Citra positif seseorang biasanya berasal dari perannya, entah dalam bentuk pekerjaan, hubungan sosial, dan lain-lain. Ketika Anda tahu bahwa Anda bisa memberikan sesuatu (termasuk informasi) kepada orang lain, Anda merasa lebih bahagia dan berguna. Sebaliknya, Anda tidak merasakan ini bila opini Anda tidak pernah didengar, misalnya karena Anda tidak bekerja atau dianggap tidak tahu apa-apa. Ketika Anda menemukan teori konspirasi dan menyebarkannya, Anda merasa memiliki pengetahuan baru. Anda pun menggali lebih dalam tentang teori konspirasi yang Anda temukan, contohnya teori bahwa bumi itu datar. Namun, Anda tidak mengimbanginya dengan fakta-fakta dari sumber ilmiah karena Anda sudah telanjur percaya pada teori konspirasi tersebut.

Kamu percaya teori konspirasi? 

Para teori konspirasi itu hanya sekumpulan orang-orang yang berimajinasi. Tapi sayangnya, "KAMI" 100% sadar dan masih setia dengan julukan pemercaya teori konspirasi. Usaha yang bagus untuk merubah pemikiran dan menghilangkan prasangka tapi sayangnya tidak mempan.

Bagaimana saya menanggapinya?

Teori konspirasi tetap hidup. Di era modern, ketertarikan terhadap Illuminati dimulai ketika novelis Robert Shea dan Robert Anton Wilson menerbitkan novel The Illuminatus! Trilogy yang menempatkan gerakan Illuminati sebagai konspirator utama dan memengaruhi berbagai keputusan penting yang menentukan jalannya peradaban dunia. Para penulis lain seperti Mark Dice, David Icke, Texe Marrs, Ryan Burke, Jri Lina, dan Morgan Gricar berpendapat bahwa Illuminati Bavaria terus bertahan. Barangkali, novel yang paling populer mengangkat konspirasi di sekitar Illuminati adalah Foucault's Pendulum karya Umberto Eco yang terbit pada 1988, dan Angels and Demons karya Dan Brown yang terbit pertama kali tahun 2000.

Meskipun tidak menggunakan sumber-sumber dan metode sejarah yang solid dalam penulisannya, namun novel-novel itu sukses mewariskan kesan misterius dalam Illuminati. 

Selain itu, teori konspirasi di sekitar Illuminati diperkuat oleh Myron Fagan--tokoh penting dalam gerakan teori konspirasi--yang berusaha mencari bukti-bukti yang mengaitkan banyak peristiwa penting dalam sejarah dunia dengan Illuminati. Sebelum meninggal pada 1972, ia serius menggarap penelitian ekstensif. Beberapa di antaranya seperti Pertempuran Inggris-Prancis di Waterloo, Revolusi Prancis, hingga peristiwa pembunuhan presiden AS John F. Kennedy: semua dicari benang merah keterkaitannya dengan Illuminati.

Kesan misterius Illuminati juga menghasilkan banyak perbedaan dalam menilai sikap serta tujuan kegiatan gerakan itu. Augustin Barruel melihatnya secara negatif. Meski Barruel menganggap Weishaupt mengutamakan kesetaraan dan kebebasan serta kemerdekaan individu di atas kepentingan lain, ia menilai tujuan ini lebih banyak membahayakan ketimbang menguntungkan publik. Sementara John Robison (pengarang buku Proofs of a Conspiracy) bahkan melihat misi Illuminati sebagai sebuah persekongkolan jahat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline