Lihat ke Halaman Asli

Haryono

Digital Strategy - PT Babada Wasaka Indonesia dan Bertravel Media

Analisis Penyebab Kekalahan Syamsuar dalam Pilkada Gubernur Riau

Diperbarui: 29 November 2024   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Syamsuar dan Mawardi Muhammad Saleh (Sumber: Kompas)

Kekalahan Syamsuar dalam pemilihan gubernur Riau untuk periode kedua menjadi perhatian banyak kalangan, terutama bagi para pengamat politik dan masyarakat yang mengharapkan perubahan. Meskipun sebelumnya menjabat sebagai gubernur, hasil pilgub kali ini menunjukkan bahwa dukungan masyarakat tidak sekuat yang diharapkan. 

Berbagai faktor berkontribusi terhadap hasil ini, mulai dari komunikasi politik yang kurang efektif, komitmen yang diragukan dalam menyelesaikan program-program pemerintahan, hingga dampak dari fenomena cancel culture yang mempengaruhi persepsi publik. 

Penyebab Kekalahan Syamsuar di Pilkada Gubernur Riau

Dalam artikel ini, kita akan menganalisis lebih dalam penyebab kekalahan Syamsuar dan implikasinya bagi dunia politik di Riau, yuk kita bahas lebih jauh.

1. Komunikasi Politik yang Kurang Efektif

Selama menjabat sebagai gubernur, Syamsuar tampaknya belum berhasil membangun komunikasi politik yang solid dengan masyarakat. Komunikasi yang baik sangat penting dalam politik, karena dapat membantu membangun kepercayaan dan keterlibatan masyarakat. Sebagai contoh, dimasa kepemimpinan beliau jarang kita melihat spanduk banner Syamsuar memberikan ucapan pada hari spesial kepada warganya.

Dalam beberapa konten sosial media milik Syamsuar, sangat jarang beliau memberikan balasan komentar dari followernya. Ini tentunya semakin memperlebar jarak kedekatan masyarakat dengan  pemimpinnya. Kini sudah era digital, sudah tidak zamannya lagi pemimpin berkomunikasi dengan jalur birokrasi yang panjang. Sosial media seharusnya menjadi cara paling mudah bagi Syamsuar untuk komunikasi dengan masyarakatnya.

Ini salah satu contoh terlihat masa kepemimpinan beliau. Jika masyarakat merasa diabaikan atau tidak mendapatkan informasi yang cukup tentang kebijakan dan program pemerintah, hal ini bisa menimbulkan ketidakpuasan. Kegagalan dalam berkomunikasi ini berkontribusi pada turunnya dukungan untuknya.

2. Kurangnya Komitmen dalam Pekerjaan sebagai Pemimpin

Selama periode pertama, banyak yang merasa bahwa Syamsuar kurang menunjukkan performa terbaiknya sebagai pemimpin daerah. Masih banyak masalah infrastruktur yang belum diperbaiki dan belum diselesaikan. Sudah seharusnya dengan posisi dipegang, Syamsuar mewujudkan janji-janji kampanye dimasa lalu. 

Masyarakat Riau tentu berharap ada perubahan nyata dan perbaikan dalam berbagai aspek kehidupan, namun jika janji-janji yang disampaikan tidak terealisasi, kekecewaan akan muncul. Rakyat butuh pemimpin yang tidak hanya berbicara, tetapi juga bertindak nyata untuk memperbaiki keadaan.

Belum selesai masa jabatan gubernur Riau, masih belum banyak perbaikan yang beliau lakukan, beliau malah maju sebagai calon legislatif DPR RI Dapil 1 Riau. Ini semakin menunjukkan bahwa Syamsuar kurang memiliki kepedulian kepada daerah, seakan menunjukkan sifat oportunisnya. Pada pemilihan legislatif Syamsuar kembali menang, namun ketika pencalonan gubernur, beliau muncul dan berpasangan dengan Mawardi Muhammad Saleh dari partai PKS.

Rakyat Riau banyak yang kecewa, dengan langkah yang diambil oleh Syamsuar ini.

3. Dampak Cancel Culture

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline