Lihat ke Halaman Asli

Sejarah Kramat Tunggak yang Kini Menjadi Jakarta Islamic Centre

Diperbarui: 28 April 2023   12:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jakarta Islamic Centre (JIS), sebuah masjid yang terletak di jalan kramat jaya raya, tugu utara,koja, Jakarta Utara.  Sebuah bangunan yang sangat mewah nan megah namun memiliki kisah kelam di dalamnya. Di masa lalu sebelum berdirinya masjid Jakarta Islamic Centre tempat ini merupakan kawasan lokalisasi yang diakui sebagai yang  terbesar di Asia Tenggara pada tahun 1970-1999.

Kawasan kramat tunggak ini dibuat pada masa kepemimpinan Ali Sadikin. Ide pembuatan kramat tunggak ini berawal dari kunjungan ali sadikin ke Bangkok,Thailand. Ketika di sana, Ali mengetahui bahwasannya ‘’industri seks’’ di Bangkok itu dilokalisasikan ditempat tempat tertentu. Seketika Ali sadikin terpikir untuk menerapkan kebijakan yang serupa di Jakarta. Dalam buku berjudul Ali Sadikin Membenahi Jakarta menjadi kota yang  manusiawi karya Ramadhan K.H, Ali Sadikin menyebut peresmian kramat tunggak bertujuan untuk memperindah kawasan ibu kota. Selain itu kawasan kramat tunggak ini dibangun juga untuk membina pekerja seks  yang dulunya bekerja di Pasar senen, kramat, dan Pejompongan.

Tugu utara dipilih menjadi tempat berdirinya kramat tunggak karena lokasi ini berada di pinggir ibu kota. Dulunya, sebelum dibangun tempat lokalisasi. Tempat ini hanya lahan kosong yang ditumbuhi oleh pepohonan dan rawa rawa. Ketika awal diresmikan, tercatat hanya ada sebanyak 250 pelacur dan 58 germo namun malah berkembang dengan sangat cepat menjadi 2000 orang.  

Perputaran ekonomi di kawasan lokalisasi ini sangat fantastis jumlahnya sampai milyaran pertahun. Tetapi, tidak bisa dimungkiri bahwasannya lokalisasi ini menampung banyak permasalahan. Dimulai dari penyebaran penyakit HIV/AIDS, angka kriminalitas yang tinggi, bahkan sampai kasus pembunuhan yang terjadi setiap harinya. Tak hanya itu pengelola kramat tunggak ternyata juga ‘’bermain’’ demi menghindari pajak yang besar. Pengelola memanipulasi bentuk bangunan demi menghindari pajak.

 Permasalahan permasalahan ini membuat warga sekitar menjadi resah, banyak ibu ibu khawatir dan takut jika suami atau anaknya terlibat dengan prostitusi di sana yang mana akan mengakibatkan hancurnya rumah tangga.

Hingga pada akhirnya ketika masa kepemimpinan gubernur sutiyoso pada tahun 1997, menyadari bahwa lokalisasi kramat tunggak adalah kesalahan. Selama menunggu penutupan, para germo dan pekerja seks di sana mendapat pembinaan dari dinas sosial DKI. Sebagian psk yang masih tetap ingin di dunia prostitusi pindah ke rawa malang, cilincing, Jakarta utara.

Lalu, untuk membersihkan nama kramat tunggak, akhirnya dibangunlah sebuah masjid yang diberi nama Jakarta Islamic Centre.  Masjid ini diresmikan oleh gubernur sutiyoso pada 4 maret 2004. Masjid ini dibangun ditanah seluas 109.435 meter persegi, dengan luas bangunan sebesar 2.200 meter persegi yang dapat menampung hingga kurang lebih 20.000 jamaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline