Daud adalah raja Israel yang menjadi raja melalui proses pemilihan. Ada yang unik dalam hal ini, karena adanya intervensi TUHAN dalam proses tersebut. Proses pemilihan ini melibatkan Nabi Samuel yang menjadi "penyambung lidah", yang menjembatani manusia dengan TUHAN.
Alkisah, Saul, raja pertama Israel, dia dipilih oleh TUHAN melalui Nabi Samuel; Raja Saul ini berasal dari Suku Benyamin, suku terkecil di antara bangsa Israel. Melalui Nabi Samuel, TUHAN memerintahkan Raja Saul untuk berperang, menumpas bangsa Amalek dengan rajanya bernama Agag, karena bangsa ini dahulu telah menghalangi bangsa Israel tatkala bangsa keturunan Yakub ini keluar dari negeri Mesir. Tetapi TUHAN juga secara khusus memerintahkan Saul untuk menumpas habis "segala yang bernafas" di negeri penyembah berhala itu. Mudah ditebak, bahwa peperangan itu dimenangkan Israel, karena Saul dan Israel hanya melakukan perintah TUHAN. Namun raja Saul melakukan hal yang teramat fatal, karena dia tidak membunuh Agag, raja Israel. Selain itu, Saul juga menyisakan ternak yang baik-baik sebagai harta rampasan. Inilah kesalahan pertama raja Saul, dan TUHAN tidak berkenan kepada raja pilihan-Nya ini. Singkat cerita, TUHAN menolak Saul.
Adalah seorang lelaki bernama Isai di sebuah kampung bernama Betlehem, dia mempunya tujuh orang anak laki-laki. Inilah nama ketujuh anak Isai: Eliab, Abinadab, Simea, Netaneel, Radai, Ozem, dan Daud. Daud, si bungsu ini memiliki hobby musik khususnya alat musik harpa. Daud dipercaya ayahnya untuk menggembala beberapa ekor kambing domba.Diduga kuat bahwa selagi menggembala, Daud sangat senang memainkan harpanya untuk memuji TUHAN. Daud mungkin tidak masuk hitungan dalam pandangan saudara-saudaranya bahkan juga dalam pandangan Isai, ayahnya.
Tetapi apa yang dilakukan oleh Daud terbukti sangat menarik hati TUHAN. Diam-diam Daud telah memikat hati TUHAN. Itulah sebabnya, di saat raja Saul telah mengecewakan hati TUHAN, maka TUHAN sudah "mengantongi" Daud sebagai raja pilihan-Nya.
Berfirmanlah TUHAN kepada Samuel:"Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku."
Berangkatlah Nabi Samuel ke kampung Betlehem untuk menemui Isai sehubungan dengan calon raja pilihan TUHAN ini. Singkatnya, Isai mengumpulkan anak-anak lelakinya, tetapi tidak termasuk Daud, karena si bungsu ini sedang menggembala domba di padang, dan Samuel menguduskan keenam anak Isai.
Sang nabi terpesona dengan perawakan Eliab, si anak sulung. Dia berpikir, pastilah ini pilihan-Nya. Tapi TUHAN berfirman: "... jangan pandang parasnya, atau perawakannya,... manusia melihat apa yang ada di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." Dari semua anak Isai yang berkumpul itu, tak satupun yang dipilih TUHAN. Lalu Samuel berkata kepada Isai: "Inikah anakmu semuanya?" Jawabnya: "Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba." Kata Samuel kepada Isai: "Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari."
Kemudian disuruhnyalah menjemput dia. Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu TUHAN berfirman: "Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia." Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud. Lalu berangkatlah Samuel menuju Rama.
Peristiwa ini menjadi sebuah pelajaran bagi kita, bahwa hendaklah seorang kepala negara diangkat bukanlah berdasarkan penampilan fisiknya, kekayaannya, ataupun ambisinya, ataupun orang yang sukan memamerkan kudanya, helikopternya, ataupun pesawat pribadinya, namun atas dasar kualitas batiniahnya, karakternya, serta integritasnya. Setiap orang tentu dapat berkata: "Saya baik looh... pilihlah saya". Namun orang lain akan menilainya berdasarkan rekam jejaknya, atas dasar apa yang pernah dilakukannya selama ini. Hobby pamer, suka menghakimi orang lain, mengekspos kejelekan orang lain cukuplah menjadi bahan pertimbangan untuk berpikir seribu kali sebelum memilihnya.
Jokowi adalah rakyat biasa. Sama seperti pemuda Daud, yang tidak masuk hitungan di mata ayahnya dan saudara-saudaranya, namun sangat berharga di hadapan TUHAN, maka "keelokan batiniah" Jokowi pastilah tidak lepas dari perhatian TUHAN.
Memang ada banyak orang baik, tetapi tidak setiap orang baik mengalirkan arus kecintaan rakyat. Jokowi adalah orang sederhana dengan karakter istimewa, yang telah memikat mayoritas rakyat di negeri ini. Ini adalah soal kharisma yang tidak dapat disamakan dengan kebaikan semata. Jokowi adalah orang baik yang dikaruniai kharisma; orang berkharisma tidak harus bicara keras-keras untuk memperoleh perhatian orang-orang. Bahwa hampir di setiap kunjungan Jokowi ke daerah-daerah yang disambut sangat antusias oleh kerumunan rakyat menjadi bukti kharisma Jokowi. Fenomena ini dapatlah disejajarkan dengan kharisma Bung Karno, dimana kharisma Presiden pertama RI ini nampak dalam perhatian rakyat tempo doeloe yang dengan sangat antusias mendengarkan setiap pidato Soekarno ini melalui siaran radio.
Kharisma adalah anugerah. Kharisma yang diterima Soekarno melengkapi tugas/fungsinya sebagai seorang presiden. Saat ini, kharisma itu dianugerahkan TUHAN kepada Jokowi. Seperti Daud yang tidak mengajukan diri menjadi raja, tetapi dipilih oleh TUHAN, maka Jokowi juga tidak menyodor-nyodorkan dirinya supaya dicalonkan sebagai presiden, tetapi TUHAN, melalui arus kecintaan rakyat, telah memilih Jokowi sebagai "hadiah" terbaik bagi seluruh rakyat Indonesia. Jika Jokowi telah dipilih TUHAN melalui anugerah kharisma ini, siapa sanggup menolaknya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H