Lihat ke Halaman Asli

Kebakaran Jakarta dan Kepemimpinan Suka Menyalahkan

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14020493101825186473

Suara raungannya khas membelah jalan raya. Memekikkan kode ingin diprioritaskan. Pengguna jalan raya pun mengerti: ada bencana yang harus segera ditangani. Maka biarkanlah pemilik suara raungan itu melaju, jangan dihalangi! Pengguna jalan pun menepi. Lalu blangwir tergesa berlari dengan bunyi sirine yang nyaring menuju tempat nyala api ganas yang memporak-porandakan sebuah bangunan di sudut kota Jakarta.

Entah kapan pemandangan itu tak kan lagi terlihat di Jakarta. Pergantian gubernur sudah dilakukan, tapi angka kebakaran yang melanda DKI Jakarta tak kunjung menurun. Padahal anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Dewi Aryani, pada masa kampanye Pemilihan Gubernur (Pilgub) lalu pernah menjamin bahwa teror kebakaran akan berakhir saat Jokowi jadi gubernur.

"Mohon rakyat bersabar, teror berupa bencana kebakaran akan segera berakhir dengan terpilihnya pemimpin Jakarta yang benar-benar dicintai rakyat dan secara nyata akan membawa perubahan Jakarta menjadi lebih baik, lebih manusiawi, lebih bermartabat dan pro kepada rakyat segala lapisan," janji Dewi, medio Agustus 2012 lalu.

http://www.tribunnews.com/metropolitan/2012/08/22/teror-kebakaran-berakhir-saat-jokowi-jadi-gubernur

Masih ingatkah kita pada musim kampanye putaran ke-dua lalu, Rieke Dyah Pitaloka sampai diusir oleh warga karena dinilai mempolitisasi kebakaran? Saat itu terjadi kebakaran di Jl Gotong Royong Pondok Bambu, Jakarta. Tempat itu menurut Rieke merupakan kantong suara Jokowi. Rieke hadir di sana dan kemudian dilakukan wawancara dengan Tv One. Saat sedang wawancara itu sekelompok masyarakat mengusirnya.

http://kabarpolitik.com/2012/08/23/rieke-diusir-dari-sisa-kebakaran-sebagai-jubir-jokowi/

Terobosan yang dilakukan Jokowi hanyalah menghadirkan sebuah alat yang ia beri nama "Pawang Geni" (Geni dalam bahasa Jawa artinya Api. Jokowi memberi nama jawa padahal ia memimpin di daerah suku betawi). Sebuah alat pemadam kebakaran. Padahal yang diperlukan Jakarta adalah pencegahan sistematis.

Apa yang diiming-imingi oleh kubu Jokowi sebelum menjabat menjadi Gubernur rupanya malah bertolak belakang dengan kenyataan.

Medio Januari hingga September 2013 telah terjadi 712 kebakaran. Kerugian mencapai 124 miliar. Apa yang dilakukan pemerintahan Jokowi dalam rentang waktu itu?

"Upaya yang dilakukan sama saja. Disiapkan orang kami, mengadakan latihan dan sosialisasi kepada masyarakat. Jadi sama saja," begitu pengakuan Subejo, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar dan PB) DKI Jakarta. Tidak ada terobosan yang spesial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline