Kalau saja tidak ada perhelatan pemilihan presiden dalam waktu dekat ini, mata rakyat Indonesia akan tertuju ke Tanjung Datuk, Kalimantan Barat. Ada yang belum tahu apa yang sedang terjadi di sana? Kedaulatan RI kembali diuji. Sementara di kota dan di desa masyarakat sedang mabuk copras capres, di perbatasan nun jauh di sana negara tetangga sedang mengintai batas wilayah kita. Sadarkah? "Tanjung Datuk ini seringkali menjadi perhatian, suka ribut di sana. Saat ini kami sedang lakukan evaluasi. Rencananya kita akan membangun sejumlah kekuatan di sana," Itulah yang dikatakan oleh Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko pada suatu kesempatan beberapa waktu lalu, menyiratkan apa yang terjadi di Tanjung Datuk bukanlah suatu yang sepele. Kasus terhangat di Tanjung Datuk adalah pembangunan dua tiang pancang mercusuar milik pemerintah Malaysia. Padahal area itu adalah area sengketa perbatasan Indonesia dan Malaysia. Ini adalah kejadian ketiga di daerah itu. Sebelumnya ada kasus Gosong Niger dan kasus patok di dusun Camar Bulan. Menyusun Kriteria Presiden Yang Dibutuhkan Tetapi ketegangan ini bisa menjadi bekal buat rakyat Indonesia untuk memilih presiden RI selanjutnya. Mengatasi ketegangan dengan negara tetangga, tentu rakyat Indonesia butuh pemimpin yang tegas, bukan klemar-klemer. Butuh pemimpin yang telah terbukti tidak tunduk kepada asing, yang terbukti memiliki semangat patriotik nasionalisme. Sedangkan pemimpin yang lemah membawa resiko disintegerasi buat RI. Kita sebagai rakyat Indonesia tentu tidak ingin kasus Sipadan dan Ligitan terulang. Dua pulau indah yang lepas ke tangan Malaysia di zaman pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Di zaman itu, memang bukan cuma tanah Indonesia saja yang direbut asing, aset milik bangsa pun dirampas dengan harga murah. Tidak satu dua negara yang menjadi tetangga Indonesia. Kini, Indonesia sedang berhadapan dengan delapan negara dalam masalah sengketa perbatasan. Dan ada delapan ribu lebih titik sengketa perbatasan. Di antaranya adalah daerah-daerah yang mengandung kekayaan hasil bumi: minyak bumi dan gas alam, seperti selat Ambalat. Titik-titik sengketa juga ada pada daerah-daerah perkebunan. Kriteria pemimpin yang sedang dibutuhkan rakyat Indonesia bukan soal sipil atau militer, tetapi soal karakter. Bukan juga soal postur tubuh, tetapi soal pendirian yang sering tercermin dalam kata-kata, karena kata-kata yang terucap dari seseorang mencerminkan juga kemampuan diplomasinya. Menimbang Dua Capres Dari kriteria tadi, kita bisa mulai menimbang dua capres yang sedang bertarung untuk pilpres tanggal 9 Juli 2014 nanti. Ada dua calon presiden yang sudah mendaftarkan diri: Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Kita bisa mengeksaminasi karakter mereka untuk kemudian menentukan siapakah di antara mereka yang bisa menjadi jawaban keutuhan RI. 1. Tegas Prabowo pernah diwawancarai oleh salah satu stasiun televisi berbicara mengenai sengketa perbatasan. Ia menjawab bahwa kita tidak boleh emosional. "Kita harus hidup rukun dengan tetangga,” ujarnya. Tetapi ia pun tegas, "Setiap jengkal tanah RI harus kita pertahankan. Itu amanat UUD.” Simak wawancara lengkapnya di http://www.youtube.com/watch?v=6uyPOpT38Qk. Prof. Dr. Yuyun Wirasasmita dari Universitas Padjadjaran adalah salah satu yang menilai bahwa Prabowo tegas. “Satu sifat yang dimiliki Prabowo yaitu ketegasan yang tidak dimiliki yang lain," ujarnya dalam acara deklarasi dukungan kepada Prabowo oleh sejumlah Guru Besar dan cendikiawan di Hotel Kartika Chandra, Jl. Gatot Subroto, Jaksel, Rabu (2/4/2014). Sedangkan Jokowi, masyarakat sudah banyak melihat video janjinya untuk komit mengurus Jakarta selama lima tahun. Ia juga sempat menghindar ketika soal maju menjadi capres. “Copras capres, saya tidak urus.” Begitu katanya. Namun kenyataannya, kata-katanya tidak bisa dipegang. Ia kini maju menjadi capres. Publik juga mengkritik Jokowi yang terkesan tidak independen. Herdi Sahrasad, pengamat dari Universitas Paramadina menyarankan agar Jokowi jangan apa-apa selalu terserah ibu Mega. Sebagian pihak menilai Jokowi sebagai capres boneka. Menimbang kedua capres tadi, terlihat Prabowo memiliki ketegasan sikap daripada Jokowi. 2. Semangat Nasionalisme Prabowo sukses menjadi pemimpin rombongan pendaki yang pertama kali mengibarkan bendera Indonesia di puncak Everest. Saat itu tersiar kabar bahwa negara tetangga berencana mengibarkan bendera negaranya di puncak gunung tertinggi di dunia itu. Mendengar hal ini, Prabowo tidak ingin Indonesia didahului oleh tetangganya. Dan Prabowo pun membuktikan nasionalismenya. 3. Tidak Tunduk Kepada Asing Seorang perwira menengah Amerika Serikat pernah merasakan tamparan Prabowo Subianto karena meremehkan kemampuan Indonesia. Saat kasus penyanderaan para ilmuwan oleh gerakan pengacau keamanan di Papua, Letkol Green berkata, "Hanya James Bond yang bisa membebaskan sandera-sandera itu". Saat itu Prabowo menamparnya dan berkata, "Jika Kamu meremehkan negara dan pasukan saya, saya bisa langsung menembak kepalamu" Sedangkan Jokowi kebalikannya, pernah dinilai “menyerahkan leher” kepada asing karena mengadakan pertemuan dengan beberapa duta besar negara asing paska ditetapkannya ia sebagai capres dari PDIP. Pandangan itu salah satunya diungkapkan oleh Agung Suprio, pengamat politik dari Universitas Paramadina. 4. Kemampuan Diplomasi Ada dua hal yang perlu dimiliki dalam kemampuan diplomasi, yaitu kemampuan berbicara atau pidato dan tentu saja kemampuan penguasaan bahasa asing. Pemimpin negara adalah orang yang akan berbicara di podium di pertemuan-pertemuan antar negara. Dan pemimpin negara adalah orang yang akan berbicara langsung dengan pemimpin negara lain. Tentu kemampuan pidato dan bahasa asing mutlak diperlukan. Saat tulisan ini dibuat, setidaknya ada tiga kesempatan di mana kita bisa membandingkan kemampuan pidato. Saat undian nomor urut, deklarasi damai, dan debat capres pertama. Head to head ketiga kesempatan itu selalu dimenangkan Prabowo, dalam artian Prabowo masih lebih baik dalam orasi dibandingkan Jokowi. Efendi Ghozali menyampaikan penilaian saat deklarasi damai, “Saya memberi nilai kepada Prabowo 90, sementara untuk Jokowi saya beri nilai 70.” Bagaimana dengan kemampuan bahasa asing? Prabowo menang telak. Prabowo menguasai 3 bahasa asing: Inggris, Jerman dan Perancis. Silakan simak video dalam tautan berikut: http://www.youtube.com/watch?v=P1zyXC9gXFE Dari keseluruhan penilaian, akhirnya saya menyimpulkan bahwa Prabowo lah yang memiliki karakter yang dibutuhkan oleh Indonesia dalam penyelesaian konflik perbatasan dengan negara tetangga. Tentu saja, karakter-karakter tadi tidak cuma diperlukan untuk menyelesaikan satu masalah saja, tapi juga masalah lain seperti TKI, pengelolaan sumber daya alam, dll. Yang tidak boleh dilupakan oleh rakyat Indonesia adalah jasa Prabowo menyelamatkan seorang TKI yang terancam hukuman mati di Malaysia, Wilfrida Soik asal Belu, Nusa Tenggara Timur. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal pun menganggap bahwa Prabowo lebih peduli TKI daripada pemerintah. Rasanya pas bila rakyat Indonesia memilih Prabowo menjadi Presiden pada pilpres 9 Juli 2014 nanti. Referensi: http://ampdtaputnews.blog.com/83-2/ http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/04/02/095948/2542855/1562/prabowo-di-mata-para-guru-besar-tegas-dan-punya-visi-ekonomi http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/10/04/mu57k7-jokowi-untuk-capres-saya-tidak-urus http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/04/13/jokowi-dikritik-jangan-selalu-terserah-ibu-mega http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/04/15/bertemu-dubes-as-jokowi-serahkan-leher-ke-asing http://politik.kompasiana.com/2014/06/04/perbandingan-pidato-prabowo-dan-jokowi-656573.html http://muslimina.blogspot.com/2014/05/kisah-prabwo-menampar-perwira-delta.html http://www.antaranews.com/pemilu/berita/426805/prabowo-dampingi-tki-vonis-mati-di-malaysia http://www.lensaindonesia.com/2014/04/08/kspi-prabowo-lebih-peduli-tki-dari-pada-pemerintah.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H