Lihat ke Halaman Asli

Tantangan Perempuan Menghadapi ASEAN Community 2015

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada tiga komunitas ASEAN yang di bentuk dan disetujuai pada KTT ASEAN di Bali tahun 2003. Komunitas ini terdiri dari tiga pilar, yakni Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN (KPKA), Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA), dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN (KSBA). Diharapkan Komunitas ASEAN 2015 ini mampu memberikan kesejahteraan, keamanan, dan kerja sama antarnegara ASEAN .

Berada pada realitas yang dengan segudang problema dari setiap sisi global dari individu hingga komunitas. Dari sinilah tantangan dan peluang akan timbul hanya saja daya cipta dan daya kelola dari prespektif yang berbeda tidak harus dipaksakan sama. Lagi – lagi yang harus kita pahami sekarang bagaiman perempuan bisa bersaing dalam komunitas ASEAN yang kurang lebih tinggal 420 hari lagi, siap tidak siap kita akan memasuki gerbang ASEAN Comunity di 2015 mendatang.

Persoalan yang paling pekat dihadapi sebagai sebuah tantangan bagi perempuan dewasa ini tidak hanya sekedar problem kekuatan dan modernitas struktur di setiap lini yang padat dan kompleksitas. Namun lebih dari pada itu, kekuatan karakter dalam mempertahankan jati diri ditengah fleksibilitas lingkungan menjadi satu dari sekian banyak factor penting yang menentukan daya survivalitas perempuan sekarang maupun pada masa yang akan datang.Kekuatan kualitas personal untuk dapat memetakan permasalahan sekaligus mengenali karakter merupakan modal pertama dalam pengelolaan kesiapan diri. Wawasan dan intelektualitas menjadi sebuah syarat mutlak untuk dapat terus memberikan inspirasi sekaligus motivasi yang dapat menjaga semangat kemajuan-kemajuan perempuan-perempuan Indonesia dalam menyambut ASEAN 2015

Ada lima isu besar tantangan perempuan pada ASEAN Community 2015 berangkat pada persoalan perempuan di kawasan ini, pertama migrasi, kemiskinan, berpendidikan rendah, konflik atau menjadikan tingkat migrasi (perpindahan) sangat tinggi. Banyak buruh migran bekerja secara illegal dengan kepastian hukum yang kurang jelas (baca: TKI) . kedua,Human trafficking (Perdagangan Manusia), ketiga,kekerasan terhadap perempuan tidak hanya terjadi di dalam rumah tapi bentuk kekerasan lainyang terjadi di ruang publik, misalnya pelecehan seksual hingga pemerkosaan. Ke empat, partisipasi politik yang sangat rendah, ke lima diskiminasidalam hukum, kebijakan dan implementasinya, dan Keenam. Beridiologi Patriarki.

Seyogyanya ketika gerbang ASEAN 2015 sudah terbuka semua akses juga terbuka. kebebasan inilah harus kita maknai dengan nilai-nilai. Qur’an surah Al-Ankabut:69 “ dan mereka berjuang dijalanku (kebenaran), maka pasti aku tunjukan jalanya (mencapai tujuan) sesungguhnya Allah itu cinta kepada orang-orang yang selalu berbuat (Progresif)”

Dari kultur yang berbeda baik suku, ras budaya dan agama tentunya ini menjadi modal kuat perempuan indonesia untuk berkiprah dan bersaing dengan negara-negara ASEAN.

One Vision, one identity.

Dimuat di Radar Sampit,   November 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline