Apa itu “repo-repo?” Kata repo berasal dari Bahasa Kutai yang artinya ‘gembok’. Lalu kenapa jembatan yang menghubungkan tepian Mahakam ke Pulau Kumala di Tenggarong dinamakan jembatan repo-repo ?
Dahulu mengunjungi Pulau Kumala yang berada di tengah Sungai Mahakam hanya bisa menggunakan perahu (kelotok). Ketergantungan terhadap satu akses ini cukup merepotkan, contohnya pada saat arus deras melanda sungai Mahakam. Hal ini mengakibatkan pengunjung turun drastis. Sebelumnya pernah ada kereta gantung mirip di Taman Mini Indonesia Indah.
Kembali ke jembatan repo-repo. Jembatan ini dibangun pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara untuk mempermudah akses dari Tenggarong daratan menuju Pulai Kumala. Dengan jembatan sepanjang 230 meter, lebar 3,5 meter dan tinggi dari permukaan air pasang sekitar 8 meter, pengunjung bisa menuju Pulau Kumala dengan hanya berjalan kaki.
[caption caption="Di tengah jembatan Repo-Repo (dokpri)"][/caption]Kami termasuk pengunjung yang beruntung, saat kami datang Sabtu, 26 Maret 2016 lalu, jembatan tersebut baru saja diresmikan (soft opening) 4 hari sebelumnya yaitu Selasa, 22 Maret 2016. Jadi siang itu kami bisa menjajal melintasi jembatan yang baru itu.
Pada beberapa tempat di pagar jembatan disediakan tempat khusus untuk memasang “gembok cinta” (love padlock). Itulah kenapa akhirnya jembatan itu diberi nama 'repo-repo' oleh Bupati Kutai Kartanegara (Kukar).
Desain jembatan ini konon memadukan unsur 3 jembatan terkenal di dunia yakni Golden Gate di San Fransisco, Jembatan Banpo di Korea Selatan serta Jembatan Sungai Seine di Perancis.
Menurut yang punya ide, Bupati Kukar Rita Widyasari, meski disebut jembatan gembok cinta, jembatan ini bukan hanya diperuntukkan bagi pasangan yang sedang memadu kasih, melainkan menggambarkan kasih sayang dengan sahabat atau orang tua. Jadi bukan hanya untuk pacaran ya....
Untuk melintasi jembatan ini sekaligus masuk ke obyek wisata Pulau Kumala, pengunjung wajib membeli tiket seharga Rp. 7.000,- (dewasa) dan Rp. 5.000,- (anak-anak).
[caption caption="Lelaki berkumis ini belum memasang gembok di jembatan Repo-Repo (dokpri)"]
[/caption]Keberadaan jembatan baru itu sepertinya memang ditunggu-tunggu masyarakat. Terlihat dari animo masyarakat yang siang itu memadati jembatan. Tampak juga dari beberapa bus dan rombongan yang saya temui, mereka mengaku berasal dari Balikpapan dan Samarinda. Antrian pengunjung yang membeli tiket cukup ramai siang itu, boleh dikatakan sangat ramai. Suasana panas serasa tak dihirau oleh pengunjung, demi menjajal jembatan baru itu. Beberapa orang, termasuk kami menyewa payung untuk mengurangi sengatan matahari yang cukup terik siang itu. Harga sewa payung di sini Rp. 10.000,- per payung, nantinya payung dikembalikan saat kita kembali dari Pulau Kumala.
Para pengunjung seolah larut dalam euforia mencoba jembatan baru, mereka tidak peduli bahwa Kumala belum siap menyambut mereka. Banyak fasilitas yang belum dibenahi semenjak ditinggalkan investor sebelumnya (PT. Eljohn). Tentang Pulau Kumala akan saya tulis pada kesempatan berbeda. :)
Konon kabarnya setelah soft opening jembatan ini akan segera dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti air mancur dengan cahaya sinar laser. Semuanya untuk mempercantik jembatan dan membangkitkan lagi wisata Pulau Kumala.