Pagi tadi setelah saya terbangun dan menyelesaikan ritual pagi yakni berdoa dan minum air mineral, saya dikejutkan oleh postingan-postingan di media sosial di hp saya. Mulai dari postingan, Masyarakat yang dijudulnya dibuat adalah buruh akan melakukan demo. Kelompok tertentu se-Indonesia telah menyurati presiden yang katanya akan bergerak kalau presiden tidak mengutamakan kesehatan rakyat. Mafia Askes dan Mafia Corona. Jenazah Teroris disambut bak pahlawan perang sementara jenazah Petugas Medis yang berjuang mempertaruhkan nyawa memerangi Covid19 di tolak dan di usir warga. Menteri Yasonna dan tahanan. Mafia bertopeng keadilan dan agama. Bahkan sampai hal receh yang menggelitik pun diperdebatkan, Pulang Kampung vs Mudik. Sungguh banyak hal menarik, lucu dan dagelan di tempat kita ini bukan ? Ya, sebagai netizen, kita bisa menerimanya dan menolaknya, menganggapnya lucu atau menganggapnya serius. Kita boleh kasih komentar mendukung ataupun menentangnya. Bagaikan kutu loncat, loncat sana loncat sini, ikuti sana ikuti sini, komentar sana komentar sini, Anda bebas melakukannya. Tetapi tentunya, salah satu contoh bahwa kita netizen yang baik adalah harus tetap dalam koridor aturan dalam menggunakan teknologi informasi dan sosial media.
Kata punya cerita, kenapa saya ikut berkomentar tentang postingan-postingan dan berita-berita di sosial media dan di internet adalah pertama untuk mengingatkan para netizen. Sebagai kutu loncat didunia teknologi dan informasi, berhati hatilah dalam meloncat. Langkah terbaik yang pertama harus Anda lakukan adalah bersikap tenang dalam membaca setiap postingan di sosial media dan berita. Ya, saya tau rasanya dibagian ini, apalagi ketika ada berita atau postingan muncul yang menyudutkan hal-hal atau tokoh yang Anda sukai dan yang Anda bela. Atau ketika ada berita dan postingan yang membuat "ngenes" dan "gemes" seperti judul postingan-postingan yang saya sebutkan diatas. Rasanya ingin sekali meremas dan mengobrak-abrik segala hal yang berhubungan dengan portingan itu bukan ? Ya, begitulah sumber perpecahan paling besar para netizen di dunia maya itu. Tetapi, dengan sikap tenang, maka pikiran yang jernih pun akan muncul. Dengan kondisi yang begini inilah yang diharapakan dari kita sebelum memulai untuk loncat sana loncat sini dan komentar sana komentar sini. Saya juga sedang melakukan ini, supaya tidak membuat satu atau dua pembaca (kalau ada) yang tidak setuju dengan saya tidak langsung memulai "comment war" yang tidak berfaedah di dunia maya.
Kedua, sebagai netizen, apalagi ditengah pandemi seperti ini, coba deh untuk lebih memilah, mempelajari dan mencari sumber valid dan kebenaran dari isi konten dan berita yang beredar. Karena bisa saja postingan itu dibuat oleh buzzer-buzzer busuk pemecah-belah masyarakat. So, jangan cuma pintar saja, tapi pintar-pintarlah, cerdas dan bijak dalam bersosial media. Dan utamanya, jangan biasakan cuma baca judul dan langsung kasih komentar atau buka ruang diskusi sebelum membaca habis semua isinya. Karena banyak judul konten yang bersifat hanya penarik netizen saja untuk mengklik postingan itu atau klik bait, tanpa memperhatikan kualitas isi konten tersebut. Karena kalau Anda tidak berhati-hati dsini, bisa-bisa Anda akan berkomentar tanpa tau apa yang Anda komentari. Dan terkait kebenaran dan fakta berita yang sedang Anda baca, seandainyapun Anda tidak mengetahui kebenaran dan faktanya, maka jangan asal berkomentar yang kira-kira akan menimbulkan kerusuhan atau jangan mengeluarkan komentar dengan nada kebencian. Berkomentarlah yang baik, dan mengandung nada positif yang memberikan solusi atau pola pikir baru yang bagus tentang materi yang Anda baca. Seandainya pun berita itu hanya hoax, salah, hanya rumor atau hanya rencana saja, maka komentar Anda tidak akan menimbulkan opini yang terkesan negatif.
Ketiga, meloncatlah dari satu konten ke konten lain dengan cerdas. Lalu jangan menetap dan jadi parasit disana. Karena kalau itu terjadi, Anda akan menjadi sumber "penyakit" disana. Seperti kasus receh "Mudik vs Pulang Kampung". Sebenarnya yang dikomentari dan diperdebatkan neziten apa ya? Pengertian sesungguhnya kata perkata itu atau mereka sebenarnya bertujuan untuk menjatuhkan si subjeknya ? Hmm, siapa yang tau. Kalau mereka hanya mau mencari kebenarannya secara kontesktual, kalau mereka hanya ingin memahami pengertian kata itu atau mereka benar-benar ingin menambah wawasan, maka tinggal belajar dari Google, KBBI atau pakar bahasa bukan? Kenapa harus memperdebatkan hal receh dan seolah-olah menjatuhkan subjeknya sih ?
Terakhir, saya ingin berkomentar tentang "manusia" yang katanya akan demo atau yang katanya akan bergerak kalau pemerintah tidak mengutamakan kesehatan rakyat. Saya awalnya bingung mau berkomentar apa tentang postingan itu. Bukan karena saya ingin mengomentari demo atau karena saya tidak suka demo, tapi karena saat ini adalah masa pandemi Covid19, saya rasa demo bukanlah tindakan tepat dan cerdas. Dan disatu sisi, saya juga ragu tentang berita ini. Apakah berita ini benar atau tidak ? Apakah ini hanya kerjaan buzzer busuk atau tidak ? Dan lain sebagainya. Tapi seandainya pun berita ini tidak benar, ada pesan pesan yang sangat baik yang bisa kita ambil ditengah Covid19 ini. Yakni pemerintah sayang kepada rakyat, pemerintah sudah berupaya menjaga kestabilan bangsa ini dari berbagai sektor, masalahnya adalah maukah kita mengikuti aturan dan arahan, update informasi dan tunggu bantuan datang ? Beberapa arahannya adalah pembatasan sosial berskala besar, hindari keramaian, jaga jarak, keluar rumah hanya disaat ada kebutuhan mendesak saja. Dan tentunya ini berseberangan dengan demo bukan ?
Oke, kembali ke layar, satu hal yang saya percayai dari berita ini, bahwa "mereka" itu cerdas dan berpikir Jadi pasti tidak mungkinlah akan melakukan demo dengan dalil, KALAU PEMERINTAH TIDAK MENGUTAMAKAN KESEHATAN DAN KEBUTUHAN RAKYAT. Perlu diketahui salah satu upaya pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid19 (menjaga kesehatan rakyat) adalah dengan membuat aturan yang memberlakukan pembatasan sosial berskala besar, menghimbau untuk tidak keluar rumah selama tidak ada kondisi terpaksa yang mengharuskan keluar rumah, jauhi kerumuman dan jaga jarak sejauh mungkin, minimal 1,5 meter. Coba cari tahu demo mana yang menjauhi dan tidak ada kerumuman, demo mana yang mengharuskan Anda jaga jarak minimal 1,5 meter. Apakah Anda bisa demo dari rumah masing-masing ? Apakah Anda bisa melakukan demo dengan memenuhi syarat aturan diatas ? Sementara yang Anda demokan adalah hal yang diupayakan pemerintah yang mana aturan dasarnya itu adalah hal yang Anda sendiri langgar KALAU Anda jadi berdemo. Dan lalu Anda akan mengatakan pemerintah tidak peduli dengan kesehatan rakyat ? MIKIR.
Ingat juga, kalau rakyat tidak berpikir cerdas ditengah pandemi ini, maka lawan pemerintah dan bangsa ini bukan hanya Corona Virus saja, melainkan sudah menjadi pemerintah + petugas (medis dan aparat) + rakyat cerdas VS Corona Virus + mafia alat kesehatan + mafia "corona" + buzzer busuk + rakyat bodoh yang gampang dipecah belah + penyakit lain (DBD, malaria, dll) + kemiskinan + bacot + manusia bertopeng agama dan keadilan + koruptor + kejahatan lain + negara asing yang hendak menguasai kita, dengan cara memecah belah kita, memanfaatkan situasi dan kondisi seperti ini supaya mereka bisa campur tangan dengan kondisi negara kita, supaya dengan pecahnya keributan rakyat nasional, bangsa ini akan meminta bantuan negara asing dan lalu mereka akan mampu mengintervensi bangsa kita, lalu akan menguasai sumber daya negara ini. Dan masih banyak kemungkinan negatif lain kalau rakyat tidak cerdas. So, marilah saling membantu, saling mendukung dan kita bekerjasama dengan pemerintah serta para petugas untuk negara kita yang lebih baik. Semoga pandemi ini segera berlalu. Dan Selamat menunaikan ibadah puasa bagi saudara-saudari kita yang merayakannya.
Sekian dan Terima kasih.
YAP
#dirumahaja
#soliter4solidarity
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H