Di suatu desa hiduplah keluarga kecil yang amat bahagia dan sangat patuh akan aturan, keluarga tersebut sangat menjujung tinggi arti kedisiplinan. Keluarga kecil ini mempunyai anak bungsu bernama Cimuk. Ia adalah anak yang cerdas dan juga sangat patuh terhadap nasihat orang tuanya. Orang tuanya mendidik Cimuk sangat keras agar Cimuk menjadi anak yang cerdas.
Setiap hari Cimuk mendapatkan nasihat-nasihat dari orang tuanya akan arti kehidupan, dan ia mendengarkan nasihat orang tuanya dengan penuh perenungan. Ia mencoba memahami kata demi kata yang terucap dari mulut ayah dan ibunya. Sebagai sosok anak yang cerdas, aktivitasnya hanya di warnai dengan belajar dan belajar. Mainannya setiap hari hanyalah buku,tak ada yang lain yang ia sukai selain membaca buku. Tak heran jika ia selalu menjadi juara di semua bidang yang Cimuk ikuti bahkan ia selalu menjadi juara kelas setiap tahunnya.
Namun pada suatu ketika Cimuk mulai merasa bosan dengan apa yang ia tekuni selama ini. Ia ingin mencoba hal baru dengan keluar desa dan mencoba untuk berpetualang. Sebagai anak yang patuh terhadap orang tuanya, Cimuk terlebih dahulu meminta izin kepada ayahnya tentang apa yang ia inginkan tersebut. Akan tetapi ayah Cimuk tidak memberikan izin dengan apa yang Cimuk inginkan.
Ayah Cimuk bertanya kepadanya. "Nak, apa yang membuatmu ingin keluar desa dan berpetualang, apa di rumah ini di desa ini belum cukup bagimu, apa ayahmu ini kurang dalam memfasilitasi semua kebutuhanmu?" . Cimuk menjawab " tidak ayah, saya hanya ingin keluar saja saya bosan begini terus" ayah Cimuk menjawab "jangan nak, diluar sangat berbahaya".
Karena tidak mendapat izin dari ayahnya cimuk agak sedikit kesal tapi dia tetap menuruti perakataan ayahnya untuk tidak mininggalkan desa. Hari demi hari rasa bosan Cimuk mulai menggebu-gebu, dan ia mencoba sekali lagi untuk meminta izin kepada ayahnya dan lagi-lagi ia tidak mendapatkan izin untuk keluar desa. "Pokoknya kamu jangan sekali-kali sampai keluar dari wilayah ini, apalagi sampai berpetualang. Ayah tidak akan memberikan izin kepadamu akan keinginanmu itu". Mendengar dari perkataan ayahnya seperti itu, Cimuk jadi tambah kesal dan terlintas di pikirannya untuk kabur dari rumah tanpa sepengetahuan ayahnya dan pada saat ayahnya tertidur, Cimuk diam-diam menyelinap keluar rumah untuk berpetualang.
Dan saat Cimuk keluar rumah ia sangat terkejut, semua orang bertepuk tangan dan bersorak "Cimuk, Cimuk, Cimuk". Cimuk sangat senang karena selama ini dia mempunyai fans, yaaaa itu sebab dia selalu menjadi juara di segala perlombaan.
Kemudian Cimuk langsung pulang dan menemui ayahnya "ayah bangun ayah" sambil menggoyang goyangkan tubuh ayahnya. Ayahnya terbangun "ada apa nak, tiba-tiba kamu panik seperti ini"? Tanya ayahnya sambil mengucek matanya. " ayah lihat,,, semua orang bertepuk tangan padaku, semua orang bersorak padaku, mereka terlihat sangat senang pada ku hingga mereka semua bergembira seperti sedang melihat k-pop. Lantas mengapa ayah melarangku untuk keluar rumah, ayah bilang di luar sangat berbahaya bahkan bisa saya membunuhku".
Kemudian ayahnya memegang tangan Cimuk dan membawanya ke depan pintu "Nak, coba kamu lihat dengan seksama, tepuk tangan yang mereka berikikan pada kita bukan mereka senang pada kita, bukan mereka bahagia seperti melihat K-pop. Tepuk tangan mereka bisa membunuhmu nak, coba lihat sudah berapa banyak saudaramu yang mati dengan tepuk tangan mereka semua itu". Cimuk terdiam dan merenung.
"Untuk itu nak, jangan sekali-kali kamu merasa bangga dan sudah sudah cukup atas apa yang kamu miliki, jabatan maupun gelar juara yang kamu peroleh itu semua bisa saja mati akibat kamu terlena dengan tepuk tangan mereka" ujar nasehat ayah Cimuk. Dari sini Cimuk dan saudara - saudaranya yang lain bisa menpatkan hikmah dan pelajaran. Bahwa gelar juara, pangkat maupun kedudukan yang lain akan hilang mati jika kita berhenti untuk mempertahankannya.
Rasa bosan dan malas mungkin setiap orang mengalami hal itu, akan tetapi itu semua merupakan godaan untuk kita berhenti berusaha. Jadi jangan merasa puas saat posisi kita diatas dan jangan pula merasa senang berlebihan atas pujian-pujian orang terhadap kita karena sejatinya tepuk tangan dan pujian atas keberhasilan kita itu merupakan pedang untuk kita.
Serta orang-orang yang memberikan tepuk tangan padamu setiap harinya ia berusaha keras berlatih dan belajar untuk menggantin gelar juara dan jabatanmu. Mempertahankan gelar juara lebih dari pada meraihnya. Untuk itu jangan kau lepas begitu saja gelar juara yang kau peroleh dengan susah payah dengan rasa bosan dan malas untuk berlatih dan belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H