Lihat ke Halaman Asli

Refleksi atas Pemikiran KHD

Diperbarui: 1 Juni 2022   21:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saya sudah lama menjadi guru, sudah 24 tahun. Waktu yang tidak sebentar, saya jalani dengan lika likunya. Saya selama ini berusaha menjadi teman bagi murid-murid saya di kelas. Saya guru BK, maka saya harus dekat dengan para murid. Walaupun demikian, saya merasa bahwa sayalah pemilik kelas, sayalah yang mengatur, menentukan segala sesuatunya, murid adalah objek dari pendidikan. Saya menyadari ada potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa, yang disebut dengan bakat dan minat. Bahkan untuk mengetahuinya saya melakukan asesmen dengan melakukan tes bakat minat. Selama ini saya mempercayai hal-hal sebagai berikut Saya percaya setiap murid memiliki bakat dan minat masing-masing, tapi saya cenderung mengedepankan potensi akademik dibandingkan potensi non akademik.

Saya cenderung memperlakukan setiap siswa sama, sehingga saya menuntut setiap murid sama dalam pencapaian pembelajaran

Selama ini hasil yang banyak dilihat dari hasil pembelajaran adalah nilai pengetahuan atau kognitif. Lebih ditekankan lagi pada 4 mata pelajaran Ujian Nasional. Matematika, IPA, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Asumsi saya terhadap murid adalah, siswa yang pintar itu yang nilai Mapel UN-nya baik, sedangkan yang nilai UN-nya rendah dianggap kurang berpotensi.


Selama dua minggu ini saya mengikuti pembelajaran Calon Guru Penggerak. Dalam pertemuan pertama yang saya pelajari adalah Filosofi pendidikan dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara. Saya awalnya agak apriori dengan pembelajaran ini, sepertinya mundur ke belakang. Bukannya mempelajari teori pendidikan modern tapi malah mempelajari dasar-dasar pendidikan di jaman sebelum kemerdekaan. Namun lambat laun ternyata proses pembelajaran ini masuk dalam pemikiran saya, dan memberikan dorongan dalam diri saya untuk melakukan perubahan. Ternyata pemikiran KHD sangat aktual dan jika diterapkan dengan baik akan memperbaiki proses pembelajaran dalam kelas.  

Ada dua pemikiran KHD yang merubah perilaku saya. Pertama  pernyataan bahwa Maksud Pendidikan itu "menuntun" dan kedua bahwa "Setiap anak memiliki kodrat".  Dalam penjelasan yang saya baca dalam lampiran 1 Dasar-dasar Pendidikan dikatakan bahwa Maksud Pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Bahkan ditekankan tentang tuntunan ini "harus diingat, bahwa pendidikan itu hanya suatu ‘tuntunan’ di dalam hidup tumbuhnya anak-anak kita. Artinya, bahwa hidup tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Saya membaca kalimat "menuntun' itu terasa indah, karena saya selama ini lebih merasa "membentuk" murid untuk menjadi apa, bukan menuntun mereka sesuai dengan kodrat yang dimilikinya. Hal ini tentu bertolak belakang, karena menurut KHD (2009), “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”.

Pemikiran kedua yang merubah saya adalah penjelasan KHD tentang tujuan pendidikan. KHD menjelaskan bahwa "tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak".

Saya ingin merubah diri saya agar bisa seperti petani yang menenam benih. Saya harus menyiapkan lingkungan yang baik, yang mendukung proses pembelajaran, agar benih (murid) yang saya semai dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Saya juga ingin  terlibat salam proses “menuntun”, anak akan saya beri kebebasan namun saya akan meberi memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Saya ingin agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.


Menyadari hal tersebut, saya akan segera menerapkan pemikiran KHD dalam aksi nyata, untuk menjadikan kelas saya lebih baik dari sebelumnya. Saya akan melakukan asesmen setiap individu yang saya didik, agar saya lebih mengenal mereka secara spesifik, harapannya saya dapat mengajar sesuai dengan keadaannya, saya ingin menghamba pada murid. Saya juga akan memerdekakan mereka dalam belajar, setiap kali ada tugas yang harus dikerjakan murid, saya akan memberikan kebebasan kepada mereka dalam mengerjakannya. Saya tidak akan menentukan hanya pada satu pilihan, tetapi memberikan kebebasan kepada mereka untuk memilih, bagaimana cara mereka mengerjakannya. Saya hanya menuntun, mengamati dan mendampingi para murid agar mereka tetap pada jalur yang benar. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline