Kali ini aku tidak ingin muluk-muluk, tidak usah banyak-banyak, sedikit saja, sebab kali ini pula aku ingin menjelaskan bahwa cinta itu bisa saja indah sekali, dan bisa saja menyesakan sekali.
Aku tidak akan mendefinisikan secara langsung. Aku hanya menyediakan cerita dan kaulah yang mendefinisikannya masing-masing. Sesuai denganmu, setiap kepala tentu mempunyai pemahaman cinta yang berbeda. Maka itu, aku hanya menyediakan cerita, dan kaulah yang mendefinisikannya.
Cinta yang kita tanam di hati masing-masing, ibarat sebuah cangkir kaca, besar-kecilnya cangkir tergantung seberapa cinta kau pada orang itu. Semakin kau cinta, maka semakin kecil ukuran cangkir kacamu. Semakin kau tak cinta, semakin besar pula ukuran cangkir kacamu.
Namun, tidak hanya berhenti sampai situ, kita ibaratkan kembali cangkir kaca kita di isi dengan air dingin, dan air dingin tersebut ialah sebuah kegembiraan yang hadir pada cinta. Semisalnya kita merasa orang yang kita cinta menyangka-nyangka bahwa ia juga cinta kita. Lalu dengan itu kita semakin gembira tak terkira sebab cinta kita yang dibalasnya. Semakin dingin air itu, berarti semakin besar pula kegembiraanmu.
Namun, tidak hanya berhenti sampai situ, kita ibaratkan kembali cangkir kita yang berisikan air dingin tersebut, kita tunggu beberapa menit, tidak usah terlalu lama, kemudian kita ganti air dingin tersebut dengan air panas, dan air panas tersebut ialah sebuah kecemburuan yang hadir pada cinta setelah kegembiraan. Cemburu atas orang yang selama ini kita cintai, ternyata telah mencintai orang lain. Semakin panas air itu, semakin besar pula kecemburuanmu.
Lalu, apa yang akan terjadi? Maka, cangkir kaca cintamu yang sungguh indah itu, akan pecah berkeping-keping sebab tadi, dinginnya air kegembiraan dan panasnya air kecemburuan.
Tulisan lainnya bisa dilihat di blog saya "www.haroemsoedah.wordpress.com"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H