Lihat ke Halaman Asli

harum

mahasiswa

Menimbang Kembali Praktik Razia Menstruasi di Sekolah dan Implikasinya terhadap Disiplin dan Privasi

Diperbarui: 10 Desember 2024   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Pixabay)

Razia menstruasi di sekolah adalah praktik kontroversial yang tidak hanya merugikan hak-hak perempuan, tetapi juga bertentangan dengan nilai pendidikan yang seharusnya membangun kepercayaan diri siswa. Dalam beberapa kasus, sekolah memaksa siswi untuk membuktikan bahwa mereka sedang menstruasi demi mendapatkan izin tertentu, seperti tidak mengikuti kegiatan fisik. Praktik ini mencerminkan diskriminasi berbasis gender yang memperkuat stigma menstruasi di masyarakat.

Dampak Negatif Razia Menstruasi di Sekolah

1.  Melukai Martabat dan Privasi Siswi

Razia menstruasi secara langsung merendahkan martabat perempuan. Pemeriksaan paksa, seperti memeriksa pakaian atau meminta siswi menunjukkan pembalut, adalah pelanggaran privasi yang tidak dapat dibenarkan. Hal ini menimbulkan rasa malu yang mendalam bagi korban, terutama dalam lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi tempat belajar dan berkembang.

2. Menurunkan Kepercayaan Diri dan Semangat Belajar

Ketika siswi dipermalukan karena menstruasi, hal ini dapat memengaruhi kepercayaan diri mereka. Dalam jangka panjang, rasa malu dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh razia menstruasi dapat membuat siswi merasa tidak nyaman berada di sekolah, bahkan menyebabkan ketidakhadiran karena takut akan perlakuan serupa.

3. Memperkuat Stigma Sosial

Praktik razia menstruasi tidak lepas dari stigma bahwa menstruasi adalah hal yang tabu atau memalukan. Alih-alih mengajarkan pemahaman dan penerimaan, sekolah justru memperkuat stigma ini dengan perlakuan diskriminatif terhadap siswi yang sedang menstruasi.

4. Trauma Psikologis

Sebagian besar korban razia menstruasi mengalami trauma psikologis yang berkepanjangan. Pengalaman dipermalukan di depan teman-teman sebaya dapat menimbulkan rasa malu, cemas, bahkan depresi. Hal ini juga berdampak pada kemampuan mereka untuk bersosialisasi di lingkungan sekolah.

Razia menstruasi di sekolah mencerminkan ketidakadilan gender yang terjadi dalam sistem pendidikan. Sementara siswa laki-laki jarang menghadapi diskriminasi serupa, siswi perempuan terus dibebani oleh stigma biologis mereka. Hal ini menciptakan ketimpangan yang merugikan perkembangan pendidikan dan sosial mereka. Padahal, menstruasi adalah proses alami yang tidak boleh dijadikan alasan untuk membeda-bedakan siswa berdasarkan jenis kelamin. Peran sekolah seharusnya adalah menciptakan lingkungan yang inklusif dan aman bagi semua siswa, bukan mendukung praktik yang memperburuk diskriminasi.

Solusi untuk Menghapus Razia Menstruasi di Sekolah

1.  Peraturan Larangan Razia Menstruasi di Sekolah

Pemerintah dan dinas pendidikan harus mengeluarkan peraturan tegas yang melarang segala bentuk razia menstruasi di sekolah. Setiap pelanggaran harus dikenakan sanksi yang jelas, baik terhadap individu maupun institusi yang terlibat.

2. Program Pendidikan Seksual dan Reproduksi di Sekolah

Pendidikan yang komprehensif tentang menstruasi harus menjadi bagian dari kurikulum sekolah. Program ini harus mengajarkan siswa tentang proses biologis, pentingnya empati, dan penghapusan stigma menstruasi, sehingga mereka dapat tumbuh dengan pemahaman yang benar.

3. Fasilitas Mendukung Siswi yang Sedang Menstruasi

Sekolah harus menyediakan fasilitas yang mendukung kebutuhan siswi, seperti toilet yang bersih, pembalut gratis, dan ruang khusus untuk istirahat jika diperlukan. Dengan menyediakan fasilitas ini, siswi tidak perlu khawatir untuk meminta izin atau menghadapi perlakuan diskriminatif.

4. Pelatihan Guru dan Staf Sekolah

Guru dan staf sekolah perlu diberikan pelatihan untuk memahami hak-hak siswa dan pentingnya menjaga privasi. Pelatihan ini juga harus mencakup cara menangani kebutuhan siswi yang sedang menstruasi tanpa melibatkan perlakuan yang memalukan.

5. Peningkatan Kesadaran Orang Tua dan Masyarakat

Masyarakat, termasuk orang tua, harus diberikan edukasi tentang bahaya stigma menstruasi. Keterlibatan orang tua dalam memantau kebijakan sekolah dan mendukung anak-anak mereka yang mengalami diskriminasi sangat penting untuk mendorong perubahan sistemik.

Razia menstruasi di sekolah adalah pelanggaran serius terhadap hak siswa perempuan yang tidak boleh lagi terjadi. Menstruasi adalah hal yang alami, bukan sesuatu yang memalukan atau layak menjadi objek diskriminasi. Dengan langkah-langkah konkret seperti regulasi, edukasi, dan peningkatan fasilitas, kita dapat memastikan bahwa lingkungan sekolah menjadi tempat yang aman dan inklusif bagi semua siswa. Sudah saatnya stigma menstruasi dihapus, dan hak serta martabat perempuan dihormati sepenuhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline