Lihat ke Halaman Asli

Harum Bahiya

pelajar SMA

Tunggu. Ayo Pergi

Diperbarui: 18 Maret 2024   04:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senja telah tenggelam berganti dengan rembulan yang berada di atas langit biru malam. Udara dinginnya menembus pakaianku, menusuk tubuhku hingga ke tulang.

Padahal jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam, tapi jalanan kota masih saja ramai dengan orang orang juga kendaraan.

Kakiku mengayuh sepeda dengan cepat menuju rumah. Sial kenapa aku harus tertidur saat di Perpustakaan kota, tadi. Addam pun tidak membangunkanku, bahkan saat dia memiliki niat beranjak pergi dari tempat itu.

Sekarang jantungkku berdegup kencang, pikiranku berkelana menebak nebak alur yang akan terjadi saat aku sudah berada dirumah nanti.

——————

Sepeda yang ku pakai tadi, sudah kuletakkan di samping pagar. Aku membuka pintu rumahnya, disambut dengan atmosfer yang sunyi.

"Lho? Tidak ada ibu?" Gumamku heran melihat lihat sekitar. Padahal biasanya kalau aku pulang telat seperti ini, sudah bisa kupastikan ibu sudah duduk disofa seraya menunggu aku muncul dari balik pintu

Jantungku berhenti sepersekian detik saat satu panggilan masuk di hadphone ku, mengeluarkan suara dering yang lumayan kencang di situasi sepi seperti ini. Tertera kalimat yang bertuliskan "Aqila" di layarnya.

"Halo Aqil, ada apa?" Ucapku memulai perbincangan.

"Mas, mas Raka ada di rumah kan? Aqila kesana ya mas"

"Loh, jam segini? tiba tiba banget? memang ayah kemana qil?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline