Penanganan enceng gondok (EG) di Danau Tondano menjadi sangat penting ketika kita berbicara tentang pelestarian Danau Tondano. :
Karena Eceng Gondok yang menyebar di Danau Tondano terus menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Kabupaten Minahasa. Disamping wilayah Danau yang cukup luas,perkembangan tanaman gulma inipun sangat cepat.
Dalam menangani enceng gondok memang ada pro dan kontra tentang penanganan enceng gondok (EG) yang pasti Pemkab Minahasa telah memulainya.
Ada dua pemikiran yg berkembang di masyarakat. Pertama, kalau mau menangani EG harus dibabat tuntas karena ini gulma yang pertumbuhannya sangat cepat.
Kedua, ada kesulitan dalam banyak hal untuk membabat tuntas karena arealnya sudah sangat luas dan tentu saja menyangkut teknologi serta biaya. Pihak yang punya pemikiran kedia ini mengusulkan untuk "berkawan" dgn EG.
Caranya memanfaatkan EG untuk macam2, antara lain pupuk, pakan ternak, biogas, energi listrik, kerajinan dan bahkan kuliner dll.
Salah satu usul yang menarik datang dari Andries Sumual dari Remboken.
Ia mengusulkan pembuatan pabrik pellet ikan sesuai formula Gerakan Pakan Mandiri (GERPARI) serta Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) berbahan dasar EG. ` Tujuannya adalah supaya bisa ada pakan ikan dan unggas yang lebih murah harganya dari pakan yang dijual di toko. Selain itu otomatis akan berdampak kepada penanganan EG Di Danau Tondano.
Dengan demikian maka para nelayan dan peternak serta petani bisa mendapatkan keuntungan yg cukup karena pakan ikan saat ini cukup mahal.
Menurut Andries Sumual, ide ini sudah ada sejak 2019 dan sekarang siap untuk dikembangkan dengan memproduksi dalam jumlah tertentu ( 1-2 ton perhari atau lebih) tergantung modal kaerja/investasi.
Jika saja kita mampu memenuhi kebutuhan pakan di Danau Tondano sebanyak sekitar 16 ton perhari maka ini akan sangat menguntungkan, lanjut Andries Sumual. Ada selisih harga sekitar Rp. 2500 per kg dengan pakan yang dijual sekarang.